photo fgr_zpsa263fa65.gif

Headlines News :

 photo vanuatu_zpsed2b2tvn.jpg
Marilah Berjuang Dengan Sunguh-Sunguh Dan Serius, Setia, Jujur, Bijaksana, Aktif Serta Kontinuitas. Diberdayakan oleh Blogger.
     photo aktifmenulis_zps397205a9.jpg

    ★★★Berita Duka ★★★

     photo Banner2_zps5035c662.jpg

    ★★★Radar Malang★★★

    Tampilkan postingan dengan label budaya melanesia. Tampilkan semua postingan
    Tampilkan postingan dengan label budaya melanesia. Tampilkan semua postingan

    NTT (Flobamora) Tuan Rumah Festival Melanesia

    NTT  (Flobamora) Tuan Rumah Festival Melanesia

    Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) ditetapkan sebagai tuan rumah penyelenggaraan festival 11 negara ras Melanesia pada minggu terakhir Oktober 2015. Penandatanganan deklarasi Melanesia ini akan berlangsung di Papua pada 1 Mei 2015.

    Ist /
    Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) ditetapkan sebagai tuan rumah penyelenggaraan festival 11 negara ras Melanesia pada minggu terakhir Oktober 2015. Penandatanganan deklarasi Melanesia ini akan berlangsung di Papua pada 1 Mei 2015.
    KUPANG - Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) ditetapkan sebagai tuan rumah penyelenggaraan festival 11 negara ras Melanesia pada minggu terakhir Oktober 2015. Penandatanganan deklarasi Melanesia ini akan berlangsung di Papua pada 1 Mei 2015.

    Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT, Sinun Petrus Manuk, Selasa (28/4) petang, menjelaskan bahwa penandatanganan deklarasi Melanesia di Papua itu akan dihadiri Gubernur NTT, bersama Gubernur Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat.

    Menurutnya, negara-negara yang tergabung dalam ras Melanesia berada di Pasifik Selatan. Sebanyak 11 negara yang masuk dalam ras Melanesia, yakni Fiji, Papua Nugini, Timor Leste, Kepulauan Salomon, dan Vanuatu. Sementara itu, Indonesia baru bergabung menjadi anggota pada 2014 yang digelar di Papua.

    “Kelompok Melanesia itu adalah kelompok masyarakat yang berkulit hitam dan berambut keriting. Di Indonesia, hanya lima provinsi saja yang menjadi kelompok Melanesia, yakni NTT, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat,” katanya.

    Ia menjelaskan, terkait budaya Melanesia, Ditjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan segera menerbitkan sebuah buku yang berisi tentang budaya Melanesia. Salah satu penulis buku tersebut adalah Pater Gregor Neonbasu, SVD.

    Permintaan agar Pater Gregor sebagai penulis buku tersebut ketika beberapa waktu lalu mengikuti pertemuan di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Pada kesempatan itu, Pater Gregor menjelaskan secara detail tentang budaya Melanesia. Dalam penjelasan itu, diketahui kalau orang-orang di kementerian tidak tahu banyak soal Melanesia.

    Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Arkeologi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT, Leo Nahak, menyampaikan peserta yang hadir pada festival Melanesia di Papua 25 Juni sampai 2 Juli 2014 lalu rata-rata berkulit hitam dan berambut kriting. Ini merupakan ciri khas masyarakat Melanesia.
    “Saya hadir dalam festival itu. Tanpa kita sadari, panitia saat itu langsung menunjuk NTT menjadi tuan rumah festival tahun ini,” ucap Leo.

    Ia menyampaikan, festival Melanesia yang akan digelar di Kupang sekitar minggu ketiga atau empat Oktober 2015. Ada sejumlah kegiatan yang digelar, antara lain temu budaya, pameran budaya masing-masing negara, dan seminar dengan menghadirkan beberapa pembicara yang memahami betul Melanesia.

    Sebagai tuan rumah, telah disepakati Pater Gregor Neonbasu sebagai pakar budaya Melanesia tampil menjadi pembicara. Sebenarnya, ada beberapa orang di NTT memahami budaya Melanesia, seperti Frans Sarong (wartawan Kompas di Kupang) dan Felix Sanga (dosen Udana Kupang).

    Pater Gregor Neonbasu mengungkapkan, salah satu ciri khas negara-negara Melanesia adalah penduduknya berkulit hitam dan berambut keriting. Dari ciri yang ada, kesimpulan sementara, NTT sebagai pusat Melanesia.

    “Saya sedang siap menulis buku yang dimintakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam buku itu, saya menulis dua bab tentang kebudayaan tersebut,” tutur Pater Gregor.

    Sumber : Sinar Harapan
    Situs ini adalah situs online aktivis suara papua merdeka yang dikembangkan oleh Biro Media dan Propaganda Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) Komite Kota Malang-Surabaya. Anda diperkenankan untuk BERBAGI (menyalin dan menyebarluaskan kembali materi ini dalam bentuk atau format apapun) dan ADAPTASI (menggubah, mengubah, dan membuat turunan dari materi ini untuk kepentingan apapun, termasuk kepentingan komersial). Informasi dalam situs ini masih harus dikonfirmasi kepada pengelola situs di melanesiapost@gmail.com (Activis Independence of Papua/Pengembang Situs)

    Alexander Gobai: Pengaruh Kebudayaan Luar Terhadap Generasi Papua

     photo vanuatu_zpsed2b2tvn.jpg

    Pengaruh Kebudayaan Luar Terhadap Generasi Papua

    Oleh Alexander Gobai*)

    Semakin generasi muda Papua mengenal kebudayaan luar, semakin pula tidak mengenal dengan kebudayaan aslinya sendiri,  kebudayaan Papua. Kebudayaan luar telah berada di atas tanah Papua selama masa penjajahan sampai pada saat ini. Kebudayaan luar boleh dikatakan kebudayaan modern. Kenyataan ini, tidak bisa di pungkiri atau tidak bisa dibatasi oleh orang lain.

    Kebudayaan luar ini telah berada di Papua dan pengaruhnya sangat kuat terhadapa generasi Papua. Contoh, kita bisa melihat dalam keluarga kita. Ada yang tidak mengenal dengan bahasa aslinya (Adatnya) sendiri. Ada pula yang terpengaruh dengan cara memakai pakaian budaya luar. Kondisi ini sangat disayangkan sekali dengan kebudayaan Papua.

    Kebudayaan merupakan suatu kebiasaan yang telah tercantum dalam kehidupan. Dengan demikian, kebudayaan yang kita miliki telah menjadi kodrat dan telah menjadi darah daging dalam hidup kita. Oleh karena itu, orang lain tidak bisa mengganggu gugat dengan begitu saja terhadap budaya kita yakni budaya Papua.

    Kebudayaan asli Papua telah dan mulai hilang satu demi satu. Problemnya ialah mengapa generasi Papua terlalu cepat mendapatkan pengaruh dari luar khususnya kebudayaan luar. Ada beberapa faktor. Faktor keluarga, faktor pendidikan di sekolah dan juga sebagian dari anak-anak sama sekali tidak mau tahu dengan kebudayaannya sendiri. Mereka lebih lebih utamankan budaya luar. Bahasa misalnya, anak-anak muda lebih pentingkan Bahasa Indonesia dengan logat “gue dan elo”.

    Salah cara untuk mengatasi hal ini ialah pertama orang tua. Maka, peran orang tua harus mengajari kebudayaan kepada anak-anak. Jangan orang tua membiarkan anak-anak begitu saja. Kedua, adalah sekolah di Papua harus memberikan ruang untuk belajar budaya Papua. Ketiga, anak-anak Papua harus sadar diri bahwa kita adalah orang Papua dan memunyai budaya sendiri. Salam budaya Papua!

    *) Tamat dari SMA Adhi Luhur Nabire-Papua tahun 2012
    Situs ini milik Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) Komute Kota Surabaya-Malang, copyright@SPM News Group Online Services dan dikelolah oleh Biro Pendidikan dan Propaganda.

    Pesan dari Kampanye Papua Merdeka Barat

    Semua hasil karya yang dimuat di situs ini baik berupa teks, gambar dan suara serta segala bentuk grafis (selain yang berkode IST) menjadi hak cipta WPNews - SPMNews Group Online
    Papua Barat pada hari dalam pakaian tradisional
    Papua Barat pada hari dalam pakaian tradisional

    Pesan dari Kampanye Papua Merdeka Barat

    Kampanye Papua Merdeka Barat sangat senang bagaimana hari berkembang dan sangat berterima kasih kepada semua pihak yang membantu untuk mengkoordinasikan dan mengaturnya termasuk Himpunan Mahasiswa Papua Barat UPNG dan Gubernur NCDC Powes Parkop. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih semua orang yang dilakukan pada hari seperti Sir George Telek, Basil Greg dan banyak tari dan musik kelompok Papua Barat yang juga berpartisipasi. Akhirnya kami ingin berterima kasih kepada semua orang-orang dari seluruh Papua Barat dan PNG yang hadir hari bersejarah ini dan mengangkat banyak kesadaran dibutuhkan dan dukungan untuk Papua Barat.

    Kami sangat yakin dengan dukungan yang kuat dan meningkat untuk Papua Barat dari dalam Papua Nugini. Kami terus memobilisasi solidaritas lebih lanjut untuk Panduan Papua Barat dari seluruh PNG, termasuk melalui lobi anggota parlemen dan organisasi sipil.

    Sekali lagi, sangat besar Terima kasih kepada semua orang yang hadir hari dan yang terus membantu dan meningkatkan kesadaran tentang perjuangan ini untuk Gratis Papua Barat.

    Culture Day held in West Papua, Papua New Guinea

    Semua hasil karya yang dimuat di situs ini baik berupa teks, gambar dan suara serta segala bentuk grafis (selain yang berkode IST) menjadi hak cipta WPNews - SPMNews Group Online

    Culture Day held in West Papua, Papua New Guinea

    Penari Papua Barat di panggung
                             West Papuan dancers on stage

    A historic West Papuan Cultural Day was held yesterday in Port Moresby, Papua New Guinea, which was organized by the West Papua UPNG Student and was also attended by members of the Free West Papua Campaign -PNG. This national day of West Papua in PNG has been officially recognized by the government of Papua New Guinea and the National Capital District Commission.
    Activities today

    The event takes place 9: 00-06: 00 and held at Constitution Park in the district of Waigani city. Many people attended Culture Day which showcased the various cultures of West Papua from right across the country, further increasing the importance of solidarity and awareness of West Papua from PNG. Activities at the event included traditional dancing, face painting and musical performances. The stalls are also set up, sell merchandise related to West Papua.

    Below is a video report today with the news of the Papua New Guinea national EMTV


    Internasional PNG musisi ternama George Telek juga hadir. Selalu pendukung vokal yang kuat dari perjuangan Papua Barat, Sir George sekali lagi menyanyikan lagu Gratis Papua Barat yang terkenal dan bergabung di atas panggung oleh mahasiswa Papua Barat. Musisi lain juga bermain di panggung termasuk Basil Greg, penyanyi PNG terkenal lain.
     
     photo bendera-bintang-kejora-dan-cewek-bule-jpg1_zps4a30c64f.jpg
     photo SALAMPEMBEBASANDANREVOLUSI_zpsbdffla8q.gif