Tampilkan postingan dengan label Orang Papua. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Orang Papua. Tampilkan semua postingan
Awas Orang Papua Kalau Tetap Ikut NKRI Bisa Haram Hukumnya
Ideologi Papua Merdeka Darah Daging Orang Papua

Ideologi Papua Merdeka Darah Daging Orang Papua
Oleh Jekson Ikomou*)
Pemerintah Indonesia berusaha meredamkan Ideology Papua Merdeka
melalui Otonomi Khusus (OTSUS) berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun
2001. Namun sayangnya Undang-Undang tersebut Gagal. Nasionalisme Papua
terus tumbuh. Bukan Nasionalisme Indonesia. Orang Papua tidak percaya
dengan Pemerintah Indonesia.
Hal subtansi permasalahan Papua adalah sejarah masa lalu, pelanggaran
HAM, dan kondisi hidup bersama lebih dari 40-an tahun ini. Pelanggaran
misalnya, Negara habiskan Ribuan Orang Papua yang tak berdosa melalui
berbagai Operasi Militer Indonesia di Tanah Papua. Hal ini tidak
mematikan gerakan merdeka.
Jika melihat sejarah, Papua merupakan sebuah Negara. Ia merdeka pada
tanggal 1 Desember 1961. Namun, Pemerintah Indonesia secara paksa
mengklaim Papua sebagai bagi dari Indonesia dengan kekuatan Militer yang
disebut Tri Komando Rakyat (TRIKORA), sehinggah Amerika memanfaatkan
peluang demi kepentingan ekonominya (salah satunya PT. FI).
Dan hinggah kini, Lembaga-Lembaga Peneliti kemukakan, PT. FI
merupakan akar permasalahan di Papua. Bahkan, Rakyat pun mengatakan
bawah Freeport merupakan salah satu perusahan yang memakan ribuan
korban orang Papua. Ribuan orang Papua menuntut PT. Freeport harus
ditutup melalui berbagai aksi damai. Namun, sayangnya pihak Pemerintah
Indonesia menutup ruang Demokrasi bagi Orang Papua melalui kekuatan
Militer Indonesia.
Keadaan ini membuktikakn bahawa Indonesia benar-benar gagal
Indonesiakan orang Papua. Indonesia gagal di semua bidang pembangunan
untuk orang asli Papua. Karena itu, orang Papua berpikir bawah Indonesia
sedang menjajah kita. Jika dibilang orang Papua dijajah memang benar,
karena mengingat permasalah yang terjadi selama ini.
Di Atas Luka Otsus Muncul UP4B
Otsus adalah peluang untuk sejahterakan Orang Papua. Namun Gagal. Lalu, muncul lagi sebuah yang sebut dengan Unit percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat (UP4B). Program kerja yang disusun dalam Unit Percepatan Pembangunan Papua Barat (UP4B) ini seperti dengan Program kerja OTSUS.
UP4B masih bicara sebatas keadilan pembanguna di Papua. Ia bicara
soal pendidikan, ekonomi, kesehatan, infrastruktur. Ia tidak bicara soal
pelanggaran HAM, tidak bicara soal dialog, tidak bicara soal sejarah
Papua. Orang Papua berpendapat apa bedanya OTSUS dengan UP4B?
Banyak Rakyat Papua mengatakan, “Unit Perepatan Pembangunan Papua dan
Papua Barat (UP4B) bukan solusi untuk perdamaian di Papua, Perdamaian
di Papua adalah Referendum”. Rakyat Papua menilai janji-janji
pembangunan yang mereka temui di Papua adalah operasi-operasi Militer,
pembunuhan sana-sini, perusahaan-perusahaan raksasa yang mengancan
keberadaan masyarakat adat, dan lainya. Semuanya merusak dan menguras.
Nah sekarang, jika Pemerintah Indonesia punya hati untuk membangun
Papua tarik Militer dari Papua baik organik maupun non-organik. Lalu,
adili semua pelaku pelanggaran HAM sejak tahun 1961, gelar dialog damai,
Jakarta-Papua.
Tapi, Indonesia harus ingat bahwa Papua Merdeka itu telah menjadi
darah daging orang Papua. Dengan cara dan pendekatan apapun tidak akan
pernah dipatahkan. Otsus adalah luka. Di atas luka Otsus lahir luka
baru, UP4B. Kemudian, selanjutnya apa? Tunggu hari untuk menuai
Kemerdekaan bagi Bangsa Papua Barat.
*) Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) KK Bandung
Pemekaran dan Eksistensi Orang Asli Papua (OAP)
Kehadiran RI di Tanah Papua Mengancam Eksistensi OAP
Oleh Sdr. Antekos *)Latar Belakang
Papua diintegrasikan secara sepihak ke dalam Republik Indonesia (RI),
yaitu melalui penyerahan kedaulatan dari pemerintah Negara Kerajaan
Belanda kepada Republik Indonesia pada tanggal 1 Mei 1963 melalui
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang bernama: United Nations Temporary Executive Authority (UNTEA) hingga saat ini; pembangunan yang diselenggarakan di Papua dihadapkan kepada berbagai permasalahan.
Salah satu permasalahan yang terjadi di Papua adalah adanya
pemahaman masyarakat Papua bahwa Integrasi merupakan pengambilalihan
tanah Papua menjadi wilayah NKRI bagi mereka Papua bukan integrasi ke
NKRI. Karena sampai saat ini Bangsa Papua tidak pernah mengakui
integrasi Papua ke dalam Negara Indonesia.
Bentuk konkret orang Papua tidak mengakui intgrasi itu terwujud
melalui pemberontakkan Organisasi Papua Merdeka ( OPM ), yang dimulai
pada tanggal 26 Juli 1965 di Manokwari dan sampai saat ini, kelompok
pro-Merdeka masih menutut keadilan, karena Bangsa Papua telah Merdeka
tahun 1961, yang diberikan oleh pemerintah Kerajaan Belanda. Namun
dengan kepentingan Amerika, Belanda, Indonesia dan PBB, Negara Papua
yang telah merdeka itu, dimasukan kedalam Negara Indonesia secara paksa.
Motifnya kepentingan ekonomi. Dengan maksud kekayaan alam Papua diambil
oleh mereka misalnya adalah PT. F Reeport, minyak bumi di Sorang , Gas
alam, kekayaan laut dan penembangan hutan oleh pengusaha asing.
Selain itu banyak imigran yang di datangkan dari luar Papua,
transmigrasi dan pemekaran provinsi, pemekaran kabupaten, distrik dan
kampung yang membuat orang Papua semakin termarginal. Akhirnya orang
asli Papua mengalami ketidakadilan, penindasan, kekerasan, perampasan
hak dan kepadatan penduduk. Berbagai persoalan tersebut Organisasi Papua
Merdeka (OPM), berjuang bersama masyarakat sipil di pedalaman Papua,
untuk bangkit bersama menutut haknya, yakni MERDEKA.
Pemberontakan Organisasi Papua Merdeka (OPM) merupakan satu kebenaran
sehingga sampai sekarang mereka tetap menuntut harga dirinya sebagai
Bangsa Pribumi dan mau MERDEKA. Untuk menutup mata perjuangan tersebut
pemerintah Indonesia memberikan otsus dan UP4B. Indonesia tidak perlu
membodohi mereka dengan OTSUS, UP4B dan pemekaran Provinsi, Kabupaten
dan lain-lain. Karena perjuangan yang dibuat oleh bangsa Papua untuk
memperoleh Kemerdekaan.
Menurut hemat saya Indonesia harus mengerti persoalan, karena rakyat
Papua tidak minta OTSUS,UP4B atau pemekaran yang menghabiskan tenaga,
pikiran dan uang bermiliaran rupiah. Orang Papua masih merasa bahwa
kehadiran Negara Indonesia di tanah Papua mengancam eksistensi orang
asli Papua. Karena kehadiran Indonesia merupakan sebuah ancaman, maka
orang Papua mau merdeka agar dapat mengatur dirinya sendiri.
Pokok Permasalahan
Sesuai dengan latar belakang permasalahan di atas, terlebih bahwa
secara fisik TPN atau militer OPM tidak memiliki kekuatan yang berarti
bila dibandingkan dengan Tentara Nasional Indoesia atau ABRI, namun
dalam arti “ ideologi masih kuat. Karena soal ideologi tidak bisa
dipadamkan dengan kekuatan militer Indonesia. Ideology tidak bisa
dipadamkan dengan kehadiran OTSUS –UP4B, karena ideologi selalu
diwariskan dalam generasi ke generasi sehingga sulit dipadamkan. Dengan
demikian Papua merdeka sulit dipadamkan dengan pembangunan, pemekaran,
uang Respek dan kekuatan militer.
Jadi sampai kapan pun idealisme Papua Merdeka dari Negara Indonesia
tidak akan pernah memadamkan ideology ini. Kata lain bahwa ideologi
merupakan satu prinsip hidup atau satu sikap yang dibangun oleh
masyarakat Papua sendiri di dalam budaya dan diwariskan dari
turun-temurun sesuai dengan permasalahan, masih tetap berkembang dalam
setiap suku yang ada di Papua. Kalau ideology ini telah berhasil pasti
rakyat Papua merasa bahagia selama-lamanya karena ideologinya dapat
terwujud. Sebelum dicapai mereka terus berjuang dan sampai kapanpun.
Ideologi bagaikan seorang ibu kehilangan anaknya ia terus mencari,
walaupun ada tantangan dan hambatan hidup ia terus mencari sampai dapat,
demikian juga ideologi Papua Merdeka sama prinsipnya.
Papua Kaya dengan Kekayaan Alam
Dengan latar bekang di atas Bangsa Papua samapai saat ini pemerintah
Indonesia kurang memperhatikan yaitu, keadilan dan perlindungan.
Karena negara merasa yang lebih penting adalah sumer daya alam ( SDA )
dari pada manusianya. Hal demikian Papaua yang dahulu damai mejadi
tidak damai menjadi. Sehingga negara datangkan militer dan imigran
tidak sesuai dengan aturan hukum Internasionla,yaitu masyarakat pri bumi
yang harus dibei salvation tidak dibuat, yang terjadi adalah
ketidakadilan, penindasan dan kekerasa militer di seluruh tanah Papua.
Tetapi hanya demi kepentingan ekonomi mereka selalu membuat teror,
pembunuhan secara misterius ( OTK), sebenarnya dibalik semuanya tujuan
utama adalah menguasai wilayah seluruh tanah Papua, mengkuras kekayaan
alam dan popularitas semata. Kalau kita melihat kaca mata Tuhan
merupakan tindakan kejahatan yang tidak manusiawi,yaitu menlangar hukum
10 perintah Allah, yaitu “jangan membunuh dan jangan mencuri ( Kel. 20:
1-17), tetapi sekarang negara Indonesia tidak peduli lagi dengan hukum
Tuhan,maka setiap militer, non militer dan pemimpin Negara yang pernah
terlibat dengan masalah Papua akan diadilih oleh Tuhan sesauai dengan
perbuatannya. Karena ia tidak mampu memberikan jaminan kehidupan bagi
bangsa Papua.
Berangkat dari ini bangsa Papua tidak ada kepercayaan kepada
pemerintah Indonesia, karena sistem yang dipake oleh pemerintah
Indonesia terhadap bangsa Papua tidak sesuai dengan budaya sehingga
inti persoalan tidak pernah selesaikan dengan tuntas. Maka bangsa
Papua semakin mengalami kepunahan secara perlahan-lahan, dan Negara
Indonesia tidak pernah mengakui bahwa kami salah.
Dengan kurangnya kepedulian negara bangsa Papua masih tetap menuntut
haknya yaitu kemerdekaan yang pernah ada. Pada hal dalam UUD 45 alinea
pertama berbunyi “bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala
bangsa dan oleh sebab itu ,maka penjajah an di atas dunia harus
dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”.
Namun kemerdekaan itu telah dipaksakan ke dalam Negara Indonesia
oleh Amerika, Belanda dan PBB, hanya demi kepentingan ekoomi ( sumber
daya alam ), maka sampai sekarang bangsa Papua masih memperjuangkan
haknya agar hak yang diambil itu bisa dikembalikan. Pada hal dalam
UUD-45 di atas sudah ada kebenaran, dan pada tahun 1961 Papua telah
merdeka. Namun hanya demi kepentingan ekonomi, tidak diberikan peluang
untuk membas menentukan nasib sendiri, memang tahun 1969 telah diadakan
Refreedom,namun tidak sesuai dengan hukum Internasional, yaitu terjadi
ketidakadilan dalam refreedom, karena rakya Papua ditodong dengan
senjata sehingga tidak semua orang memilih dan kenyataan adalah
perwakilan saja memilih hak suara.
Oleh karena itu, dari tahun 1961 sampai sekarang bangsa Papua masih
tetap dijajah dan sekarang mereka berjuang untuk merdeka dengan
diplomasi Internasional. Sebab perjuangan bangsa Papua sudah mendunia
dan kemungkinan suatu saat kebenarannya akan dinyatakan melalui kuasa
Tuhan. Biarlah sekarang bangsa Papua mengalami ketidakadilan,
penindasan, kekerasan dan pembunuhan tetapi hatiku mengalami ketengan,
sebab hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku.
Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku,aku tidak
akan goyah” (Mzm 62), dan aku terus berjuang di dalam Tuhan agar Negara
Republik Federal Papua Barat (NRFPB) dapat memperoleh pengkuan. Atas
kekuatan Mazmur ini, saya percaya Papua pasti merdeka.
Orang lain datang mengambil kekayaan dan dijajah kita jangan
takut,melainkan berani dan setia berjuang bersama Tuhan. Sebab di dalam
Dia ada kemenangan dan kemenangan itu akan terjadi dan jangan kecil
hati. Walaupun orang Papua sekarang menjadi penonton di atas
kekayaannya yang berlimpa-limpa. Kita juga sadar bahwa penderitaan ini
merupakan Salib Tuhan dan harus tetap sabar menerima itu sebagai
penderitaan Kristus. Karena kita minta merdeka negara Indonesia tidak
mau lepas, dengan mengatakan Papua bagian dari NKR. Dengan demikian
pemerintah telah memberikan OTSUS, kemudian UP4B secara paksa, pada
hal rakya Papua mengatakan tidak.
Tujuannya adalah agar rakyat bangsa Papua jangan lagi bicara
Merdeka sehingga Indonesia matian-matian menyakini Dunia dengan
mengatakan Papua bagian dari NKRI tetapi NKRI bukanlah harga mati.
Karena Negara ini suatu saat akan lepas bertubi-tubi,yaitu Papua lepas,
Ambon lepas, Kalimatan lepas, Sulawesi lepas, Bali lepas dan Ace pun
akan lepas, dan yang masih tinggal hanya jawa sendiri. Karena rakyat
lebih pintar untuk menilai kebenaran dan keadilan,bila ke dua hal ini
tidak sesuai dengan hati mereka pasti akan mengatakan merdeka, tetapi
bangsa Papua tidak seperti itu, karena Papua sudah pernah punya Negara
sendiri,tetapi dicapblok ke dalam Indonesia demi kepentingan ekonomi
semata.
Penderitaan bangsa Papua tidak bisa dihapus dengan uang, OTSUS, UP4B,
dan pemekaran provinsi, kabupaten, desa dan keca mata. Bangsa Papua
meminta adalah keadilan karena harga dirinya telah dirampas oleh
penjajah Indonesia. Karena Negara Indonesia kurang peduli dengan rakyat
yang sementara menderita. Di lebih banyak mengkritisi Negara lain
daripada melihat diri sendiri,misalnya masalah Israel dan Palestinan
Indonesia campur tangan. Pada hal terhadap bangsanya sendiri juga
mengalami penindasan, kekerasan dan ketidakadilan. Menurut hemat saya
lebih baik kita mengurus rakyat saya yang menderita.
Dalam kaitan dengan Papua Negara tidak pedulih dengan orang Papua,
namun lebih mencintai kekayaan alam dari pada orang Papua yang
sementara mengalami kepunahan di atas kekayaan alamnya sendiri (
Genosida), kalau Negara tidak pedulih,maka tidak sampai 2020 orang Papua
akan habis dari tanah Papua, yang ada hanya tinggal nama.
Jadi, saya harapkan orang-orang Papua harus menyadarinya dan jangan
tinggal ikut-ikutan dengan orang lain, dan buanglah sikap minum -mabuk,
korupsi dan seks bebas. Karena tidak lama lagi orang Papua akan habis,
bila ditawarkan kepentingan Indonesia harap jangan terima,mislanya
pemekaran dan pertambangan tanpa melalui dewan adat. Karena saya melihat
Negara ini, tidak menghargai manusia Papua, tetapi ia melihat diri
kita seperti babi rusa di hutan, sehingga dia selalu membantai tanpa
takut nilai kemanusiaan.
Menurut hemat saya sebenarnya orang Papua juga adalah manusia bukan
babi rusa yang ditembang setiap hari. Karena orang Papua dan orang
Jawa, orang Makasar, orang Sumatra, orang Ambon dan semua merupakan
ciptaan Allah yang harus diberikan hak yang sama lalu dilindunginya.
Karena itu, bukan membantai dan menindas tetapi menyelamatkan mereka
dengan memberikan hidup yang layak seperti dirinya sendiri, bukan sikap
otoriter dan mileteristik terhadap mereka yang ditindas.
Dengan kondisi ini saya sebagai anak negeri; hari ke hari dan tahun
ke tahun air mata mengalir terus menerus dengan melihat orang-orangku
menderita. Selain manusia Papua, alam Papua juga ikut hancur demi
kepentingan kolonial Indonesia dan Amerika. Aduh saya kasihan tidak
punya tempat tinggal lagi untuk meletakan kaki, karena semua kekayaan
diambil orang dan hutan hancur, ke mana saya harus pergi?.
Saya dahuluh merasa menikmati dengan kekayaan alamku, tetapi kini
ternyata menjadi miskin di atas tanah yang kaya raya. Saya hanya
menjadi penonton seperti pendatang jawa tinggal jauh-jauh. Aduh sedih
hatiku. Akan ke manakah anak cucuku ke depan? Karena kekayaan alam
Papua telah dirampas semuanya, dari kolonial Indonesia. Pada hal saya
belum pernah menikmati satu pun kekayaan alam yang telah diwariskan
oleh Allah leluhurku.
Apa alasannya mereka bisa datang merampas hak saya?. Sebenarnya
semua bangsa di dunia ini, Allah telah memberikan haknya masing
–masing sesuai dengan kebutuhannya. Karena saya kekayaan yang sama
juga kolonial Indonesia, Allah telah berikan segala kekayaan alam,
yaitu kekayaan yang sama Tuhan telah memberikan,yaitu tanah, hutan, air,
batu dan segala isinya, tetapi ia masih merampas juga hak saya,
sangat memalukan dan tidak adil. Saya sekarang semakin disingkirkan dan
tidak dihargai sebagai hak miliknya. Di manakah hak saya Pak SBY ?
Aduh, pak di mana keadilanmu?, saya tidak membutuhkan uang, OTSUS, UP4B
dan Pemekaran. Sedangkan yang saya butuhkan dari pak adalah
mengembalikan kedaulatan kami. Bukan mendatangkan TNI-POLRI di tanah
Papua. Karena orang Papua semakin dibunuh oleh TNI-POLRI.
Solusi
Dengan konteks demikian saya mau katakana bahwa “ Kehadiran Negara
Indonesia di tanah Papua Eksistensi orang Asli Papua semakin mengancam”.
Oleh karena itu, solusi dari saya bagi rakyat bangsa Papua adalah
mengembalikan kedaulatannya yang telah dirampas tahun 1961. Kalau memang
Negara ini punya hati nurani lebih baik memberikan tuntutan rakyat
Papua.
Walaupun Negara Indonesia hati berat untuk memberikan haknya, tetapi
bangsa Papua pasti terus berjuang sampai akhir hayat karena ideologi
tidak mungkin mati bersama manusia karena ia selalu berkembang dalam
perkembangan zaman. Sebenarnya yang dituntut oleh orang Papua
adalah kemerdekaan tahun 1961 , yaitu Pengakuan. Walaupun Negara
Indonesia masih keras kepala,tetapi keputusan sudah di depan pintu,
Indonesia tidak bisa buat apa-apa dan secara paksa harus diberikan
pengakuan. Karena dalam Kongres ketiga di Lapangan Sakeus, Jayapura, 19 Oktober 2011, kita sudah mendeklarasikan Negara Republik Federal Papua Barat (NRFPB).
Kongres selama tiga hari sejak 17 Oktober itu sudah membentuk Dewan
Nasional Papua Barat yang sudah memilih Presiden Republik Federal Papua
Barat Forkorus Yaboisembut dan Perdana Menteri Edison Warumi.
Deklarasi itu didukung oleh tujuh wilayah adat di Papua. Kongres
tersebut sah dan tidak illegal, karena yang diselenggarakan adalah
rakyat Papua yang punya negeri ini. Kongres menurut hemat saya Kongres
merupakan solusi terbaik bagi rakyat Papua untuk mau mengakhiri
penderitaan mereka. Sehingga sekarang rakyat Papua sedang mendorong di
Makah Umum PBB agar Negara baru tersebut dapat diakui oleh masyarakat
Internaonal, Amerika, Belanda, Indonesia, PBB, dan Negara-negara dunia
lain sebagai sahabat dengan Negara Republik Federal Papua Barat (
NRFPB). Walaupun Negara Indonesia tidak mau pusing, lalu memberikan
pembangunan kepada rakyat Papua dengan anggaran miliran rupiah , tetapi
menurut saya itu bukan solusinya.
Sesuai dengan pendapat Menteri luar negeri Negara Republik Federal
Papua Barat (NRFPB) bapak Jacob Rumbiak sesumbar mengatakan bahwa mereka
bisa merdeka dan berdaulat paling lambat dua tahun lagi. Karena menurut
beliau ada 111 Negara telah mendapat dukungan, misalnya dari 111
Negara, termasuk Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Kanada, dan Jepang.
dan akan kemungkinan mereka juga akan memberikan pengakuan. Jadi sekarang bagaiman Negara Indonesia memberikan pengakuan sebelum negara lain memberikan pengakuan terhadap Negara Papua, karena Indonesia adalah colonial terhadap Bangsa Papua.
Kalau air sudah meluap dia tidak bisa mempertahankan. Karena politik
Papua sudah mendunia dan bahkan Negara-negara sahabat Papua mendukung
untuk Papua lepas dari NKRI. Sudah terjadi pengakuan; Indonesia tidak
punya hak lagi mengambil kekayaan alam Papua dan otomatis angkat kaki
dari tanah Papua. Kami duluh dipandang sebagai orang tidak mampu
dan budaya primitive, tetapi kami sekarang lebih pintar
berpolitik Internasional dari pada Indonesia, karena buktinya adalah
masalah Papua menjadi masalah Internasional, sehingga kita jangan
menutup diri terhadap penderitaan bangsa Papua. Sebab Dunia luar lebih
peduli masalah Papua.
Menurut saya NKRI TIDAK selamanya harus jadi satu dan kalau selalu
sebut NKRI harga mati saya kira tidak tepat. Karena Bangsa Papua punya
harapan diberikan pengakuan dan kita tungguh hari saja. Indonesia
jangan merasa remeh perjuangan bangsa Papua dan sekarang bangaiman
engkau memberikan pengakuan kepada Negara Papua secepatnya, sebelum air
ombak dibatang lehermu.
Penutup
Orang Papua merupakan bangsa negoroid dan ras Melanesia. Mereka
memilihki kemampuan untuk mengenali situasi perkembangan politik di
Papua dan jangan diam seperti ibu hamil, tetapi bangkit dan bersatu
semua elemen masyarakat, pemuda, mahasiswa dan organ. Karena kehadiran
Negara Indonesia di tanah Papua Eksistensi orang aslih Papua semakin
diancama, dan hari ke hari dibunuh secara misterius oleh oknum tertentu
(orang tak dikenal), sampai sekarang TNI-POLRI tidak mampu
mengungkapkan pelaku,maka kita harus tahu bahwa negara ini tidak punya
kemanusiaan dan kebenaran hukum untuk ditegakan. Sehingga dengan
situasi seperti ini, jalas-jelas eksistensi kita sedang diancam,jadi
kita harus bersatu mendorong Negara Republik Federal Papua Barat (
NRFPB) dapat diberi pengakuan. Jadi saya harapan pengakuan menjadi
solusi untuk mengakhiri penderitaan rakyat kita.
Oleh karena itu, kita jangan terus tidur tetapi mari kita bangkit
bersama memperjuangkan harga diri kita lebih cepat lebih baik. Agar
Negara colonial Indonesia jangan membuat kita dijajah terus. Harta
kekayaan kita semakin habis, orang Papua juga semakin hari mati ditembak
oleh TNI-POLRI, karena mereka tidak memperhitungkan nilai kita sebagai
manusia yang sama di hadapan Tuhan.
Apakah saya sadar Saudara saya sedang dibunuh? Ataukah saya tidak
mau pusing dengan penderitaan sesama saya, karena saya juga mendukung
kolonial Indonesia untuk membunuh dan merampas harga diri orang Papua?
“Marilah kita mulai lagi karena kita belum buat apa-apa”, dengan
bergandengan tangan bersama. Karena perjuangan kita ini, berjalan tanpa
persatuan dan kesatuan,apa yang kita perjauangkan menjadi sia-sia.
Demkian juga alam perjuangan jangan mengatasnamakan organ, karena
yang mau Merdeka bukan organ atau kelompok,melainkan Bangsa Papua,jadi
kita harus bersatu teguh , demi Papua merdeka. Kalau lambat Bangsa
Papua yang sedikit ini, akan habis dan tinggal nama saja,lalu orang lain
merampas kekayaan kita dan tanah leluhur nenekmoyang kita akan
dikuasai oleh orang lain, jika kalau kita terlambat langkah pasti
habis total yang tinggal hanya kenangan saja.
*) Mahasiswa Sekolah Tinggih Filsafat Teologi- Fajar Timur (STFT- F T )
Label:
Artikel,
OAP,
Orang Asli Papua,
Orang Papua,
Suara Orang Papua
Jekson Ikomou:Ideologi Papua Merdeka Darah Daging Orang Papua
Ideologi Papua Merdeka Darah Daging Orang Papua
Oleh Jekson Ikomou
AMP KK Bandung
Pemerintah Indonesia berusaha meredamkan Ideology Papua Merdeka
melalui Otonomi Khusus (OTSUS) berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun
2001. Namun sayangnya Undang-Undang tersebut Gagal. Nasionalisme Papua
terus tumbuh. Bukan Nasionalisme Indonesia. Orang Papua tidak percaya
dengan Pemerintah Indonesia.
Hal subtansi permasalahan Papua adalah sejarah masa lalu, pelanggaran
HAM, dan kondisi hidup bersama lebih dari 40-an tahun ini. Pelanggaran
misalnya, Negara habiskan Ribuan Orang Papua yang tak berdosa melalui
berbagai Operasi Militer Indonesia di Tanah Papua. Hal ini tidak
mematikan gerakan merdeka.
Jika melihat sejarah, Papua merupakan sebuah Negara. Ia merdeka pada
tanggal 1 Desember 1961. Namun, Pemerintah Indonesia secara paksa
mengklaim Papua sebagai bagi dari Indonesia dengan kekuatan Militer yang
disebut Tri Komando Rakyat (TRIKORA), sehinggah Amerika memanfaatkan
peluang demi kepentingan ekonominya (salah satunya PT. FI).
Dan hinggah kini, Lembaga-Lembaga Peneliti kemukakan, PT. FI
merupakan akar permasalahan di Papua. Bahkan, Rakyat pun mengatakan
bawah Freeport merupakan salah satu perusahan yang memakan ribuan
korban orang Papua. Ribuan orang Papua menuntut PT. Freeport harus
ditutup melalui berbagai aksi damai. Namun, sayangnya pihak Pemerintah
Indonesia menutup ruang Demokrasi bagi Orang Papua melalui kekuatan
Militer Indonesia.
Keadaan ini membuktikakn bahawa Indonesia benar-benar gagal
Indonesiakan orang Papua. Indonesia gagal di semua bidang pembangunan
untuk orang asli Papua. Karena itu, orang Papua berpikir bawah Indonesia
sedang menjajah kita. Jika dibilang orang Papua dijajah memang benar,
karena mengingat permasalah yang terjadi selama ini.
Di Atas Luka Otsus Muncul UP4B
Otsus adalah peluang untuk sejahterakan Orang Papua. Namun Gagal. Lalu, muncul lagi sebuah yang sebut dengan Unit percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat (UP4B). Program kerja yang disusun dalam Unit Percepatan Pembangunan Papua Barat (UP4B) ini seperti dengan Program kerja OTSUS.
UP4B masih bicara sebatas keadilan pembanguna di Papua. Ia bicara
soal pendidikan, ekonomi, kesehatan, infrastruktur. Ia tidak bicara soal
pelanggaran HAM, tidak bicara soal dialog, tidak bicara soal sejarah
Papua. Orang Papua berpendapat apa bedanya OTSUS dengan UP4B?
Banyak Rakyat Papua mengatakan, “Unit Perepatan Pembangunan Papua dan
Papua Barat (UP4B) bukan solusi untuk perdamaian di Papua, Perdamaian
di Papua adalah Referendum”. Rakyat Papua menilai janji-janji
pembangunan yang mereka temui di Papua adalah operasi-operasi Militer,
pembunuhan sana-sini, perusahaan-perusahaan raksasa yang mengancan
keberadaan masyarakat adat, dan lainya. Semuanya merusak dan menguras.
Nah sekarang, jika Pemerintah Indonesia punya hati untuk membangun
Papua tarik Militer dari Papua baik organik maupun non-organik. Lalu,
adili semua pelaku pelanggaran HAM sejak tahun 1961, gelar dialog damai,
Jakarta-Papua.
Tapi, Indonesia harus ingat bahwa Papua Merdeka itu telah menjadi
darah daging orang Papua. Dengan cara dan pendekatan apapun tidak akan
pernah dipatahkan. Otsus adalah luka. Di atas luka Otsus lahir luka
baru, UP4B. Kemudian, selanjutnya apa? Tunggu hari untuk menuai
Kemerdekaan bagi Bangsa Papua Barat.
Oleh Jekson Ikomou
AMP KK Bandung Jawa Barat
Label:
activis,
aliansi mahasiswa papua,
amp,
AMP Bandung,
Artikel,
Orang Papua,
Papua Merdeka
Orang Papua Harus Mengerti dan Sadar: Kunci Papua Merdeka ada "di Tanah Papua!" dan "di Tangan Orang Papua!"
Orang Papua Harus Mengerti dan Sadar: Kunci Papua Merdeka ada "di Tanah Papua!" dan "di Tangan Orang Papua!"
Ya, betul, "di Tanah Papua!" artinya di pulau New Guinea, dari Sorong sampai Samarai, bukan di London, bukan di New York, bukan di Canberra, bukan di Port Vila, bukan di Suva, bukan, dan bukan, dan bukan. Kuncinya ada di Port Numbay dan Port Moresby. Kuncinya ada di Manokwari dan Raja Ampat, kuncinya ada di Biak dan Serui, Mbadlima dan Maroke, Kaimana dan Numbay Raya, di dalam, di atas Tanah Papua.
Jaringan Damai Papua mendesak Jakarta, Canberra dan Wellington perlu terlibat mencari "win-win solution". Makanya mereka "insist", dialogue damai ialah satu-satunya jalan bagi penyelesaian masalah Papua. Aliran pendapat ini sangat mainstream, didukung oleh semua organisasi dan lembaga keagamaan, sebagian besar tokoh agama dan LSM penegak HAM di Tanah Papua juga mendukung agenda dialgoue. Demikian juga sejumlah organisasi dan pemerhati HAM di Indonesia.
Ada yang menghambakan diri dengan Amerika Serikat, karena mereka melihat urutan pertama ada Tuhan di atas, setelah itu Amerika Serikat. Apa yang diputuskan Amerika Serikat sama dengan keputusan Allah, karena akan diterima Australia dan Selandia Baru, Inggris dan Belanda, dan lainnya.
Ada lagi yang secara murni percaya, "Yesus akan turun mendirikan Kerajaan Allah di Tanah Papua, jadi orang Papua tidak perlu buat apa-apa." Kata mereka orang Papua hanya perlu berdoa, berpuasa. Menurut mereka pula, begitu orang Papua membunuh orang Indonesia, maka kemerdekaan Papua tertunda 10 tahun, jadi satu nyawa orang Indonesia sama dengan 10 tahun perjuangan. Pertanyaan buat mereka, berapa harga nyawa orang Papua, 10 tahun atau tidak ada nilaninya? HItung kematian orang Papua di tangan NKRI, berapa lama lagi harus kita tunggu?
Kalau saya mau terus terang, saya harus katakan bahwa cara berpikir "melihat keluar" ialah pertama utama dan petunjuk pertama bahwa bangsa ini tidak punya jatidiri, tidak bermartabat, dan karena itu tidak percaya diri. Karena tidak percaya diri, maka harus mendasarkan kepercayaannya kepada orang lain, bangsa lain, organiassi lain, negara lain.
Tidak salah lagi Dr. Benny Giay selalu katakan, "Orang Papua memenuhi syarat untuk dijajah" karena mentalitas budak masih sangat kental. Para budak tidak percaya diri, bimbang, ragu, dan bergantung sepenuhya kepada apa dikata tuannya.
Yang mau merdeka bukan Australia, bukan Amerika Serikat, bukan Allah. Bukan dan bukan. Yang mau merdeka ialah orang Papua, yaitu orang di pulau New Guinea.
Masalah sekarang orang New Guinea sendiri yang harus jelas, "Apakah mau merdeka atau mau Otsus Plus?", "Mau berjuang serius dengan kemajuan yang jelas atau berjuang berputar-putar seperti lemon nipis dan yosim pancar?", "Percaya diri bahwa dia sendiri yang mau merdeka dan karena itu dia sendiri yang harus mengakhirinya atau berharap, berdoa dan berpuasa, agar bangsa lain, makhluk dan oknum lain, organisasi lain, negara lain turun tangan?" "Sampai kapan bangsa ini cengeng, minta dialogue, minta dukungan, minta ini dan minta itu?
Perjuangan ini ada di Tanah Papua, di Tangan Orang Papua. Tetapi kenapa orang Papua sendiri tidak percaya dirinya, tidak percaya solusi ada di pulau ini, tidak percaya bangsa bahwa sanggup merampungkan perjuangan ini?
Saya tahu, bukan dari mimpi, tetapi dari realitas, bahwa Powes Parkop dan Peter O'Neil akan setuju dengan saya. Selama ini orang Papua di Papua Barat justru menjagokan, mengharapkan, berdoa kepada pihak lain untuk terlibat menyelesaikan masalah Papua, tanpa melihat kemampuan dirinya sendiri, -di sebelah barat sebagai bangsa terjajah, dan pada saat yang sama di sebelah timur sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat.
Ya, betul, "di Tanah Papua!" artinya di pulau New Guinea, dari Sorong sampai Samarai, bukan di London, bukan di New York, bukan di Canberra, bukan di Port Vila, bukan di Suva, bukan, dan bukan, dan bukan. Kuncinya ada di Port Numbay dan Port Moresby. Kuncinya ada di Manokwari dan Raja Ampat, kuncinya ada di Biak dan Serui, Mbadlima dan Maroke, Kaimana dan Numbay Raya, di dalam, di atas Tanah Papua.
Jaringan Damai Papua mendesak Jakarta, Canberra dan Wellington perlu terlibat mencari "win-win solution". Makanya mereka "insist", dialogue damai ialah satu-satunya jalan bagi penyelesaian masalah Papua. Aliran pendapat ini sangat mainstream, didukung oleh semua organisasi dan lembaga keagamaan, sebagian besar tokoh agama dan LSM penegak HAM di Tanah Papua juga mendukung agenda dialgoue. Demikian juga sejumlah organisasi dan pemerhati HAM di Indonesia.
- Pertanyaan saya ialah, "Urus masalah apa? Kasus apa? Perkara apa?" Lebih tepat lagi, "Apa ada masalah antara NKRI dan West Papua?" Kalau ada, mana masalahnya? Pepera yang tidak demokratis? Pelanggaran HAM selama Orde Lama dan Orde Baru? Perlakuan tidak adil dalam pembangunan NKRI selama ini? Keberpihakan yang kurang saat ini? Siapa yang tidak tahu semua ini? Siapa yang menyangkal semua ini?
- Bukanlah semua orang mengaku bahwa Pepera 1969 di West Irian tidak demokratis, tetapi telah disahkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan oleh karena itu sah demi hukum?
- Bukanlah pelanggaran HAM di Tanah Papua oleh Orla dan Orba ialah sebuah pelanggaran dan oleh karena itu pemerintahan reformasi sekarang tidak akan melakukan demikian lagi, dan sebagai bukti komitmen telah diberlakukan Otsus I, II dan III, dan masih diperjuangkan Otsus Plus?
- Bukankah keberpihakan terhadap orang Papua di era otsus sudah nampak?
Ada yang menghambakan diri dengan Amerika Serikat, karena mereka melihat urutan pertama ada Tuhan di atas, setelah itu Amerika Serikat. Apa yang diputuskan Amerika Serikat sama dengan keputusan Allah, karena akan diterima Australia dan Selandia Baru, Inggris dan Belanda, dan lainnya.
Ada lagi yang secara murni percaya, "Yesus akan turun mendirikan Kerajaan Allah di Tanah Papua, jadi orang Papua tidak perlu buat apa-apa." Kata mereka orang Papua hanya perlu berdoa, berpuasa. Menurut mereka pula, begitu orang Papua membunuh orang Indonesia, maka kemerdekaan Papua tertunda 10 tahun, jadi satu nyawa orang Indonesia sama dengan 10 tahun perjuangan. Pertanyaan buat mereka, berapa harga nyawa orang Papua, 10 tahun atau tidak ada nilaninya? HItung kematian orang Papua di tangan NKRI, berapa lama lagi harus kita tunggu?
Kalau saya mau terus terang, saya harus katakan bahwa cara berpikir "melihat keluar" ialah pertama utama dan petunjuk pertama bahwa bangsa ini tidak punya jatidiri, tidak bermartabat, dan karena itu tidak percaya diri. Karena tidak percaya diri, maka harus mendasarkan kepercayaannya kepada orang lain, bangsa lain, organiassi lain, negara lain.
Tidak salah lagi Dr. Benny Giay selalu katakan, "Orang Papua memenuhi syarat untuk dijajah" karena mentalitas budak masih sangat kental. Para budak tidak percaya diri, bimbang, ragu, dan bergantung sepenuhya kepada apa dikata tuannya.
Yang mau merdeka bukan Australia, bukan Amerika Serikat, bukan Allah. Bukan dan bukan. Yang mau merdeka ialah orang Papua, yaitu orang di pulau New Guinea.
Masalah sekarang orang New Guinea sendiri yang harus jelas, "Apakah mau merdeka atau mau Otsus Plus?", "Mau berjuang serius dengan kemajuan yang jelas atau berjuang berputar-putar seperti lemon nipis dan yosim pancar?", "Percaya diri bahwa dia sendiri yang mau merdeka dan karena itu dia sendiri yang harus mengakhirinya atau berharap, berdoa dan berpuasa, agar bangsa lain, makhluk dan oknum lain, organisasi lain, negara lain turun tangan?" "Sampai kapan bangsa ini cengeng, minta dialogue, minta dukungan, minta ini dan minta itu?
Perjuangan ini ada di Tanah Papua, di Tangan Orang Papua. Tetapi kenapa orang Papua sendiri tidak percaya dirinya, tidak percaya solusi ada di pulau ini, tidak percaya bangsa bahwa sanggup merampungkan perjuangan ini?
Saya tahu, bukan dari mimpi, tetapi dari realitas, bahwa Powes Parkop dan Peter O'Neil akan setuju dengan saya. Selama ini orang Papua di Papua Barat justru menjagokan, mengharapkan, berdoa kepada pihak lain untuk terlibat menyelesaikan masalah Papua, tanpa melihat kemampuan dirinya sendiri, -di sebelah barat sebagai bangsa terjajah, dan pada saat yang sama di sebelah timur sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat.