Seminar Nasional Dihentikan Peserta
Seperti
diinformasikan sebelumnya (lihat di sini ) bahwa hari ini akan
dilaksanakan sebuah seminar nasional. 43 Tahun Pepera. Seminar ini pada
awalnya berjalan dengan suasana yang aman terkendali dan sangat sesuai
dengan harapan para peserta yang ada.
Namun seiring waktu yang berjalan dari pembicara satu ke pembica
lainnya, sangat jelas bahwa ada suatu hal yang berusaha ditutupi. yaitu
fakta tentang Pepera yang cacat hukum itu, pepera yang tidak sesuai dan
penuh dengan kebohongan. Fakta-fakta Pepera malah tidak dibahas tetapi
langkah solusi masalah penyelesaian untuk Papua yang di bahas. Antara lain, solusi Papua dengan dialog, kemudian pembicaraan seputar otsus yang sebenarnya sudah tidak sesuai. sudah ditolak oleh masyarakat Bangsa Papua. Namun itulah kenyataan yang terjadi di republik ini.
Bahkan dalam seminar inipun terlalu berjalan dengan satu arah dimana mereka mengganggap bahwa generasi Papua
sudah merasa bagian sah dari bangsa Indonesia. Sehingga persoalan
sejarah Pepera yang terjadi tidak menjadi satu alasan juga yang membuat
papua bergejolak tetapi mereka lebih melihat ke kegagalan otsus.
Situasi dan suasana semakin tidak terkontrol, luapan emosi peserta
yang ada ketika pernyataan-pernyatan yang keluar dari seseorang
mengatasnamakan mahasiswa Papua, yang menganggap mitos seputar pulau Papua sebagai naga dan juga Papua
itu bagian utama dari berdirinya republik ini, sehingga pasti suatu
saat nanti orang papua juga akan menjadi Presiden di republik indonesia.
Para peserta meminta pembicara tersebut untuk berdiam dan segera seminar ini ditutup karena tidak sesuai.
Para peserta meminta pembicara tersebut untuk berdiam dan segera seminar ini ditutup karena tidak sesuai.
Bahkan seperti di tulisan seblumnya telah dimuat mengenai tujuan dari seminar ini, yaitu :
1. Menggali kembali semangat PEPERA 69, kaitannya dengan Sejarah
Politik, Hukum internasional dan implementasi 43 tahun dalam membangun Papua yang sejahtera dan berkeadilan.
2. Menggali penjelasan semua pihak terkait upaya-upaya pemerintah yang telah dan tengah dilakukan di Papua demi terwujudnya masyarakat papua yan sejahtera dan berkeadlan
3. Menggali masukan masyarakat ( akademisi, LSM, dan tokoh Papua) terkait pelaksanaan otsus dan implementasi 43 Tahun dalam membangun papua yang sejahtera dan berkeadilan.
4. Meneguhkan kembali kepercayaan bersama bahwa otsus Papua merupakan kebijakan terbaik dalam penyelesaian persoalan-persoalan dipapua, namun implementasinya masih tersendat-sendat secara operasional.
5. Mencari titik temu dan sinergi programatik, semua pihak dalam penyelesaian konflik di papua secara damai, sejahtera dan berkeadilan.
Para peserta yang ada akhirnya meminta kepada Panitia untuk
membubarkan dan menghentikan jalannya seminar ini. Dengan sedikit riak
kecil dimana para paserta sempat melakukan aksi dengan suara-siara yang
sangat keras untuk menentang dan melawan kepada panitia untuk segera
jalannya seminar ditutup.
Akhirnya seminarpun ditutup. tanpa ada kompromi dan lain sebagainya.
==================================================================
Akhirnya seminarpun ditutup. tanpa ada kompromi dan lain sebagainya.
==================================================================
Menurut pendapat saya, ini bukan waktu yang tepat untuk membicarakan
hal-hal seperti itu. Kini 43 tahun sudah berlalu, indonesia telah
memaksakan kehendaknya atas papua tetapi tidak berhasil, karena sejak
kemenangan pepera hingga saat ini, Bangsa Papua
masih menuntut untuk kemerdekaan yang sudah diproklamirkan. Sudah
banyak korban berjatuhan, sudah banya pembungkaman suara-suara,
penghilangan nyawa. Semua untuk sebuah kesatuan palsu yang dibangun.
Dulu kami generasi lahir dan langsung belajar pancasila, kami ditipu
bahwa itu adalah idiologi dan dasar negara kami, ternyata setelah kami
dewasa memahami apa yang sesungguhnya terjadi, kami tak merasa bagian
dari negara ini... kini kami menuntut pada indonesia, belanda dan PBB
untuk segera mengakui kedaulatan kami bangsa Papua.
Bahkan jangan lagi ada mimpi jika nanti suatu kelak kita akan menjadi presiden di republik indonesia,......
Hingga kini, indonesia menganggap adanya suara untuk kemerdekaan adalah karena kesejahteraan tetapi bagi kami sesungguhnya itu ada pembohongan kepada warga bangsanya, Papua menuntut kemerdekaan karena fakta sejarah kemerdekaan bangsanya sudah ada.
Maka indonesia harus dan segera untuk mengakui bahwa Papua sudah merdeka, indonesia harus meminta maaf atas tindakan yang telah dilakukan sejak tercetusnya trikora. Pepera 1969 dan berbagai kejadiaan lainnya. (PH)
Source : www.papuapost.com