DIALOG PAPUA-JAKARTA MENJADI ISU REBUTAN BERBAGAI PIHAK
Masyarakat Papua
memiliki pengalaman yang panjang dan pahit selama diintegrasikan degan
NKRI, dan pengalaman pahit itu suda berakar urat dalam benak masyarakat
asli Papua di bumi cenderawasih Papua dan kepercayaan bangsa Papua terhadap pemerintah NKRI suda tidak ada lagi.
Pegalaman pahit itu membuat masyarakat Papua
akar pahit yang paling dalam dan tetap merasakan bahwa NKRI bukan
bagian dari mereka dan mereka adalah suatu entitas suku bangsa yang
berbeda karena Indonesia gagal mengindonesiakan Papua sejak tahun 1961 kepada “ Act of Free Choose” itu akar dari masalah yang tertanam di benak seluruh lapisan masyarakat asli Papua, proses ini yang tidak adil justru degan kekuatan militer mengintegrasikan bangsa Papua
kedalam NKRI. Pola dan tingka militeristik itu terbawa sampai detik ini
yang mengakibatkan permasalahaan besar dan pelanggaran Hak – Hak Asasi
Manusia sebagai suatu etintas suku bangsa yang berbeda sehingga
menimbulkan masalah dari waktu-ke waktu.
Sehubungan degan masalah-masalah yang terjadi di tanah Papua
adalah jelas masalah hak politik yang diabaikan oleh NKRI atas
persengkongkolan politik maka perlu melibatkan pihak yang pernah
bersekongkol degan masalah Papua, itu adalah jalan terbaik guna melihat akar masalah serta menyelesaikan pokok dan akar masalah yang terjadi di Papua.
Perlu kita menilai cara – cara penaganan oleh Jakarta dalam upaya mengindoneisiakan orang Papua
sagat tidak pernah memperhatikan aspirasi murni sejak gaung dialog yang
dikomandangkan oleh Almarhum. THEYS H.ELUAY. Karena pengalaman buruk
yang dialami oleh bangsa Papua dari tindakan dan kebijakan NKRI sagat merugikan bangsa Papua dan tidak dianggap penting suar-suara manusia Papua justru NKRI mementingkan daerahnya dan wilayah kekuasaanya bukan manusia Papua yang dipentingkan oleh NKRI.
Untuk mengaburkan ketidak adilan pada “Act of Free Choose” Indonesia
mengunakan Tri Komando Rakyat ( Trikora ) untuk membasmi orang Papua
yang bertentangan atau tidak terima hasil pelaksanaan Pepera yang tidak
adil maka kekuatan militer NKRI yang begerak membasmi orang Papua dari resim Soekarno kepada Soeharto dan sampai Reformasi yang akhinya masyarakat Papua degan bebas megeluarkan unek-unek dan keinginan mendasar dari hari nurani yang jujur dalam kongres Papua
I dan II pada tahun 2000, namun akhirnya NKRI mala menawarkan Otonomi
sejacara paksa yang akhirnya kekuatan militer digunakan untuk membasmi
seorang tokoh karismatik yang bertentangan degan otonomi Almarhum
THEYS.H ELUAY sehingga otonomi yang penuh darah itu diterapkan secara
paksa dan hasilnya pula tidak sesuai degan yang diharapkan oleh NKRI.
Barangkat dari itu karena ketidak puasan atas perlakuan NKRI terhadap bangsa Papua,masyarakat Papua tetap menyuarakan aspirasinya karena dalam otonomi dinilai pembunuhan orang Papua semakin meningkat maka orang Papua
tetapi ngotot untuk MERDEKA diluar dari NKRI. Maka guna menilai hasil
dari penerapan dan kendala dalam penerapan otonomi khusus, NKRI
melakukan riset evaluasi lewat Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (
LIPI ) akhinya LIPI menemukan berbagai masalah tambahan dan akar
masalahnya adalah hak Politik bangsa Papua.
Degan demikian untuk membahas beberap pokok masalah yang disebut LIPI telah merumuskan DIALOG oleh jaringan damai Papua
( JDP ) degan konvensi yang lakukan di aulah Uncen telah kita melihat
berbagai slogan entah TNI atau POLRI mengeluarkan “ KASIH ITU INDAH”
tetapi pelaksanan tidak sesuai degan slogan tersebut dan slogan itu
hanya menjadi perhihasan atau komoflasa bagi rakyat Papua
dan pelaksanaan suda sagat bertentangan degan slogan tersebut diatas,
dan semua hanya bersandiwara saja dan praktek tipu muslihat di tanah Papua.
Perlu sebagai bangsa Papua
menilai secara kritis, pola penaganan aspirasi antara REFERENDUM dan
DIALOG, ini ada main vertus yang perlu secara cermat diperhatikan
sebagai bangsa Papua.
Ada yang ingin DIALOG Di mediasi oleh orang ketiga, sekarang kita lihat
bahwa degan adanya DIALOG harus difasilitasi oleh “orang ketiga” orang
ketika yang dimaksud oleh beberapa tokoh geraja adalah dari Negara yang
netral, namun orang ketika ini banyak yang dimanfaatkan oleh berbagai
intitusi dan organisasi entah itu apakah degan hati nurani yang jujur
untuk melihat akar masalah Papua atau melihat kulit masalah Papua
tidak jelas bentuk motivasinya, karena belum ada juga format dialog
yang jelas seperti yang di utarakan Pendeta GKIP Dr. Benny Giay dalam
media tabloid jubi.
Kelihatanya mulai saling berlombah untuk mendiasi masalah Papua
dalam proses DIALOG tetapi kita lihat motivasi mereka, karena yang mau
mediasi entah itu dari lembaga mana tetapi mereka adalah orang NKRI dan
sama hal juga menko polkam memilih orang – perorang atau lebaga, untuk
ikut dalam proses DIALOG menurut versinya, atau keinginan Indonesia, hal
ini sama pola justu pelanggaran dalam proses PEPERA ( Act of Free
Choose ) kembali terjadi lagi yang ke tiga kali setelah keduanya adalah
Otonomi secara Pakasa, dan proses dialog ini jelas untuk menjalankan
UP4B yang mana untuk menjalankan itu nyawa seorang Pemimpin Vokal Mako
Tabuni penantang Otonomi dan UP4B ditembak sama persis pola penaganan
Almarhum THEYS H.ELUAY penantang kebijakan Otonomi khusus, maka untuk
menerapkan UP4B mengkopolkam memilih orang sesuai degan pilihanya, dan
orang pun berlomba-lombah untuk ikut mediasi dialog. Untuk memediasi
karena tergerak degan motivasi jujur adil, dan bermartabat melihat dan
memihak kepada kebenaran itu untuk melihat akar masalah Papua tidak hanya dikulit dan seolah – oleh masalah kesenjagan sosial, pembagunan dan sejenisnya, karena masalah Papua adalah masalah Hak Politik suatu entitas bangsa.
Kami sebagai orang Papua
tetap mengikuti gelagat Jakarta dan gaya bermain dalam hal putar balik
fakta dan sepak terjangnya dan kami memiliki diary dan catatan khusus
degan gaya dan gelagat Jakarta dalam mengindonisiakan bangsa Papua serta upaya menutub kesalahan degan membuat dua kesahan kepada orang Papua,
dan sekali lagi jika penaganan DIALOG tidak membahas masalah akar dan
dasar persoalan maka UP4B dan sejenisnya tidak berjalan baik, dan
berbuntut kepada kemerdekaan bangsa Papua
itu jelas karena tawaran apa lagi Indonesia akan menawarkan kepada
Negara-negara pendonor dana otonomi khusus dan UP4B? konsekwensinya
berbuntut kepada Kemerdekaan Bangsa Papua.
Contributed:
Pemerhati: Allah,Alam dan Adat Papua
Korarit Munni
Pemerhati: Allah,Alam dan Adat Papua
Korarit Munni