Sejumlah Wilayah akan Merdeka?
Sepuluh tahun lebih saya berkawan dengan para sahabat dari
beberapa wilayah. Dari pembicaraan mereka jelas nampak sekali ketidak
puasan mereka terhadap management dan kepemimpinan Jakarta tidak dapat
disembunyikan.
Saya memprediksikan kalau seandainya berlaku perang antara Malaysia
dengan Indonesia, maka yang sangat rugi itu adalah Indonesia. Sejumlah
wilayah Indonesia yang memiliki dendam lama dengan pemerintah pusat
karena pelanggaran HAM, ketidak adilan, ketidak profesionalismean dan
sebagainya akan memanfaatkan situasi ini untuk memerdekakan diri serta
keluar dari NKRI atau setidaknya menggabungkan diri atau membuat
perjanjian kerjasama ekonomi dan militer dengan negara Singapura atau
Malaysia. Biarlah kita dikatakan berafiliasi dengan Inggris, karena
memang terbukti bahwa Inggris memang ingin semua manusia jadi makmur dan
bahagia.
Negara-negara yang terbentuk setelah kemerdekaan saat ini seperti
Indonesia, Malaysia, dan Singapura tidak menunjukkan teritori dan
kekuasaan raja-raja melayu Islam silam. Kerajaan Aceh Darussalam
(1607-1936) dengan rajanya yang terkenal Iskandar Muda wilayah
kekuasaannya meliputi Aceh, Deli, Johor, Bintan, Selangor, Kedah, Pahang
sampai ke Semenanjung Malaka. Sebuah kerajaan Melayu Riau Lingga (Abad
ke 19) wilayah kekuasaannya meliputi Deli, Johor, dan Pahang. Setelah
merdeka bangsa Melayu dipisahkan menjadi warga negara Brunei, Indonesia,
Malaysia, Singapura dan Selatan Thailand. Apa yang pasti, dalam istilah
ilmu tidak mengenal adanya bangsa Brunei, Indonesia, Malaysia,
Singapura dan Selatan Thailand. Karena bangsa bermaksud race. Istilah
bangsa Brunei, Thailand, Malaysia dan sebagainya adalah istilah politik
saja, yang benar adalah warganegara atau rakyat.
Parameswara raja Malaka yang pertama adalah berasal dari Palembang.
Kerajaan Aceh Darus Salam memiliki hubungan yang sangat erat dengan
Kerajaan pahang, Malaka dan Johor. Keluarga Diraja Negeri Sembilan yaitu
Yang Dipertuan Agung Malaysia yang pertama, yang sampai sekarang
menjadi lambang mata uang Malaysia berasal dari Minangkabau. Kerajaan
Johor Memiliki hubungan kekeluargaan yang rapat dengan Kerajaan Riau
Lingga. Para Menteri dan pejabat tinggi lainnnya di Malaysia banyak yang
memiliki darah Rao, Aceh, Riau, Minangkabau, Palembang, Jambi, kerinci.
Kalau beberapa wilayah ini bersatu menghancurkan istana negara,
gedung dpr/mpr, markaz besar TNI/Polri di Jakarta, maka secara otomatis
negara Indonesia akan bubar dengan sendirinya. Ide-ide lama membentuk
Sumatera Merdeka (Andalas), Kalimantan Merdeka, Sulawesi merdeka dll.
akan memanfaatkan situasi ini untuk merealisasikan impian mereka. Para
prajurit yang berasal dari daerah ini tidak mungkin akan menghancurkan
kampung mereka sendiri.
Membiarkan Jawa menjadi sebuah negara merdeka dengan Surabaya sebagai
ibu kota negaranya dan sby sebagai Presiden seumur hidup atau menjadi
sebuah kerajaan dengan Sultan Jogja menjadi pemerintahan yang
tersendiri, terserahlah pada mereka
Dari sini akan terlihat nantinya, kepemimpinan dari suku manakah yang
paling berhasil memajukan negaranya masing-masing tersebut.
Isu sejumlah wilayah mau keluar dari Indonesia sebenarnya bukan
cerita baru dalam sejarah Indonesia. Gerakan Riau merdeka, Gerakan Aceh
Merdeka dan sebagainya masih tersimpan dalam catatan sejarah yang soheh.
Menurut Anhar Gonggong dan Arbi Sanit, hampir separo daerah di
Indonesia menuntut kemerdekaan saat ini.
Ada beberapa alasan mengapa sejumlah wilayah mau merdeka;
1. Kekayaan Alam, Mereka memiliki kekayaan yang melimpah, tetapi
kekayaan itu tidak dirasakan sama sekali oleh rakyatnya. Kemiskinan,
buta huruf, pengangguran, bertambah, sementara pembangunan infrastruktur
hampir tidak terlihat. Mereka hanya mendapatkan resiko saja seperti
kerusakan alam, global warming, bencana alam dan sebagainya. Ini
terutama berlaku di Aceh, Riau, Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera secara
keseluruhan.
2. Dendam lama, Peristiwa APRA, Andi Aziz, Darul Islam, PRRI,
Permesta di orde lama. Beberapa bekas daerah operasi militer (DOM),
kezaliman dan penindasan hak-hak asasi mereka dibidang sosial, politik,
ekonomi, budaya dan pembangunan di zaman orde baru. Pembantaian di
Psantren Tengku Bantaqiyah, peristiwa KKA, DOM, Pemberhentian Jedah
Kemanusiaan & kekerasan di Aceh, peristiwa Ummi Makasar, peristiwa
Balukumba di Sulawesi di era reformasi dan sebagainya.
3. Muak, dengan berbagai macam skandal perampokan uang rakyat yang
semakin hari semakin menjadi-jadi dan tidak menemukan jalan
penyelesaian. Seperti lingkaran setan yang tidak diketahui kapan bermula
dan bila akan berakhir segala penyalahgunaan kuasa di negara ini.
Skandal BLBI, Century, Rekening Gendut Polisi, Brunei Gate, Bulog Gate,
Mafia pajak dan berbagai penyalahgunaan kuasa lainnya.
4. Bosan, dengan tidak dirasakannya fungsi pemerintah oleh rakyat,
sehingga keberadaan dengan ketiadaan pemerintah sama saja atau malah
memperburuk keadaan saja. Ketidak pastian hukum dinegara ini seperti
kasus Ibu Prita, Antasari, Susno Duadji, Sri Mulyani, kasus koruptor dan
sebagainya.
5. Capek, selalu menderita akibat ulah dan perangai pejabat negara
yang bertindak seperti keparat yang menjajah, seperti preman yang
menindas, seperti gangstar yang menggelisahkan. Public service yang
tidak mesra pengunjung, fungsi keberadaan instansi pemerintah yang tidak
terasa bahkan menindas rakyat, pembangunan infrastruktur yang lambat
melempem dll.
Tentu saja saya tidak mengharapkan semua ini berlaku karena ongkosnya
terlalu mahal, apalagi kalau proses kemerdekaan itu memakan masa yang
lama. Yang rugi adalah umat Islam juga tentunya. Keadaan akan kacau
balau, pendidikan anak-anak akan terganggu, keamanan akan tergugat,
kuasa besar akan memanfaatkan keadaan.
Tetapi mungkin juga cita-cita untuk mendapatkan pemerintah yang baik,
bersih, profesional, merakyat, kemakmuran, kebahagian, kesenangan hanya
akan tercapai melalui jalan ini saja…
Logika sederhana
Bergabung dengan Malaysia atau Singapura, rakyat mereka bisa
menikmati layanan kesehatan dari dokter yang ahli dengan peralatan rumah
sakit yang canggih, anak-anak mereka akan bisa sekolah dengan kualitas
pendidikan yang baik, murah, rakyatnya bisa menikmati terangnya lampu
listrik yang tidak sering mati seperti PLN, dapat minum air bersih PAM,
bisa membeli kenderaan.
Bisa makan daging setiap hari, makanan lima sempurna mudah dan murah
didapati. Transportasi yang lancar dan berkualitas, publik servis yang
ramah, pegawai negara yang merakyat, mesra. ramah dan tidak korupsi,
kebersihan yang selalu dijaga, kemakmuran, keamanan dan ketentraman yang
selalu ada, kekayaan negara yang dimiliki dan dinikmati secara bersama.
Disaat itu anda akan merasa lucu dan ketawa mendengar lagu Iwan Fals
& Ebid G Ade tentang seorang anak yang mengais sampah untuk mencari
sisa makanan yang dibuang, tentang orang tua yang terbakar melecur
sekujur tubuhnya tetapi tidak dilayani rumah sakit karena tidak memiliki
uang, tentang Umar Bakri guru SD yang memakai sepeda tua, tentang
jadwal kereta api yang selalu terlambat, tentang pengemis tua dan
pencopet muda mati berpelukan karena kelaparan, tentang bantuan
keselamatan negara (SAR, Polisi, Pemadam kebakaran) yang datang lambat
setelah semua korban meninggal dunia, tentang orang tua yang tidak mampu
membeli susu untuk pertumbuhan anaknya menjadi sehat dan pintar,
tentang bocah tukang semir dan penjaja koran yang berpacu dengan waktu
antara sekolah dengan mencari sesuap nasi, tentang orang tua yang
menggendong mayat anaknya ke kampung karena tidak mampu membayar ongkos
kenderaan, tentang wakil rakyat yang tidak merakyat, tentang tikus-tikus
kantor yang selalu menggerogoti uang rakyat, tentang polisi yang
memperkaya diri dengan tawar menawar harga pas tancap gas.
Waktu itu anda mungkin tak akan pernah mendengar lagi tentang
rakyatmu yang mati bunuh diri karena kemiskinan, tentang orang miskin
yang sanggup menunggu berjam-jam sampai ada yang mati rebutan pembagian
zakat Rp 35.000/keluarga, tentang rakyat yang hanya makan nasi dengan
garam atau sayur tempe setiap hari, tentang rakyat yang hanya makan
daging setahun sekali waktu hari raya haji saja. Karena dana bantuan
sosial yang cukup untuk membeli rumah dan kenderaan sudah dimasukkan
kedalam rekening mereka setiap bulannya.
Waktu itu anda akan terbiasa mendengar berita tentang aparat negara
yang dipenjara dan diberhentikan kerja karena hanya meminta uang sogokan
Rp. 1 Juta saja. Tentang PNS yang dipecat karena selalu terlambat masuk
kantor. Tentang polisi yang dipecat karena hanya meminta uang damai
ditengah jalan. Tentang camat yang dipecat karena tidak pernah tahu
keadaan rakyat. Tentang tentara yang dipecat dan menjadi hansip dan
satpam karena melanggar undang-undang. Tentang Direktur, menteri, kepala
bagian, rektor, manager yang diganti karena gagal memajukan
institusinya.
Kala itu jika anda mau mengenang masa lalu atau ingin mensyukuri
nikmat Allah SWT. Ajaklah keluargamu berjalan-jalan ke Jawa sebagai
seorang turist. Untuk melihat para pengemis dan pengamen di dalam
angkutan umum yang padat dan tidak nyaman. Untuk melihat para penjual
barangan yang terkesan memaksakan kehendaknya. Untuk melihat anak-anak
jalanan dan gelandangan yang berkeliaran ditengah jalan dan tidur
diemperan toko. Untuk melihat penempatan kumuh yang tidak layak huni
untuk standart manusia yang berakal. Untuk melihat preman-preman di
pasar, terminal, bandara, pelabuhan yang menunggu mangsa. Untuk melihat
jalan-jalan berlubang dan berliku yang membuat pening kepala. Untuk
membuat sebuah negara koboi yang berlaku hukum rimba, dimana siapa yang
kuat, berharta dan bertahta dialah sebagai raja. Untuk melihat negara
preman dimana kebenaran diukur dengan keuangan, kekuasaan dan kekuatan.
Bersama Indonesia selamanya kita akan menderita, karena di negara ini
kepentingan politik partai mengalahkan segalanya. Sementara bersama
negara lain masa depan anak cucu kita akan menemui cahaya terang dan
akan lebih terjamin…***
OPINI | 08 April 2011 | 16:27 Adirao: 08/04/2011, Kompasiana