photo fgr_zpsa263fa65.gif

Headlines News :
Home » , , , , , » PEMAKSAAN NASIONALIME BERKEDOK PENDIDIKAN DI PAPUA BARAT

PEMAKSAAN NASIONALIME BERKEDOK PENDIDIKAN DI PAPUA BARAT

 photo vanuatu_zpsed2b2tvn.jpg

PEMAKSAAN NASIONALIME BERKEDOK PENDIDIKAN DI PAPUA BARAT

Victor Kogoya
SEPAK terjang pemerintah colonial Indonesia atas kebijakan pendidikan di Papua Barat syarat dengan kepentingan politik, ekonomi, dan budaya. pada ulasan berikut ini penulis mencoba mengulas secara gambalang dan objektif dari sudut pandang pendidikan atas kebijakannya di wilayah territorial Papua Barat.

a. Indonesianisasi Berkedok Pendidikan

Pendidikan merupakan kebutuhan utama manusia dalam mencerdaskan anak bangsa guna menjamin masadepan yang layak. Papua Barat merupakan wilayah yang dihuni oleh beberapa suku bangsa dengan tingkat karateristik dan budaya yang berbeda-beda pula, sejak zaman colonial hindia-belanda berkuasa wilayah tersebut berserta rakyatnya telah dipersiapkan secara matang dengan pendirian bangunan-bangunan sekolah serta fasilitas belajar yang mudah di jangkau masyarakat baik dipesisir pantai maupun wilayah pedalaman, tenaga pengajar yang dipersiapkan juga merupakan tenaga-tenaga pendidik yang propesional dengan tingkat kemampuan dibawah standar internasional.

Pada tahapan-tahapan selanjutnya rakyat Papua Barat tidak hanya dipersiapkan guana mendirikan sebuah Negara tetapi betul-betul dipersiapkan guna bersaing di tingkat internasional. Demikian rakyat Papua Barat semakin maju dan propesional dalam bidang yang yang digelutinya. Standar pendidikan yang diajarkan benar-benar berimplementasi pada perkembangan dunia dan ilmu pengetahuan/teknolgi yang sedang berkembang hal tersebut semakin membuka mata rakyat Papua Barat pada dunia pendidikan yang bermutu dan berkualitas. Dengan mutu dan standar pendidikan yang berkualitas sebagian besar penduduk rakyat Papua Barat telah menguasai beberapa cabang ilmu yang mengantarkan rakayat Papua Barat keluar dari penindasan keterbelakangan. Hal tersebut tak dapat di pungkiri dengan kemajuan pembangunan yang di rasakan rakyat Papua Barat semakin meningkat terutama didaerah-daerah terpencil dan sekitarnya.

Namun kini yang menjadi permasalahan seketika spionisasi pemerintah colonial Indonesia berhasil menyusup, status politik Papua Barat berhasil di perdebatkan dengan berbagai macam dalih yang ditempuh dan berhasil di ambil ahli oleh pemerintah colonial Indonesia. Masuknya pemerintahan Indonesia dengan gaya kepemimpinan yang kalang kabut semakin mempersempit ruang gerak rakyat Papua Barat untuk bertumbuh, berkembang dan mengeksplorasikan kemampuannya dalam segalah bidang. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan berbagai macam kebijakan yang syarat dengan unsure-unsur politik yang menyesatkan, jika penulis menguraiakan secaara terperinci dan mendetail dari sudut pandang bidang-bidang yang ada rakyat Papua Barat merupakan suatu bangsa yang dikorbankan hak-haknya secara berdaulat baik dari sisi kemanusiaan, politik, ekonomi dan budayanya.

Terlepas dari sudut pandang yang lain, penulis tetap berfokus pada dunia pendidikan. Atas kedatangan bangsa Indonesia di bumi Papua Barat situasi dan kondisi rakyat Papua Barat semakin dilemtis dengan berbagai asumsi penulis pemerintah colonial Indonesia semakin menunjukan taringnya dengan berbagai macam label asumsi yang ditimbulkan terutama pada dunia pendidikan. Pemerintah colonial Indonesia berpandangan sebagai berikut:

  1. Guna mengantisipasi bertumbuhnya nasionalisme rakyat Papua Barat maka semakin kuat pula kekuatannya untuk mengusir penjajahan kami (Indonesia) di bumi Papua Barat.
  2. Indonesianisasikan rakyat Papua Barat melalui program pendidikan yang berkarateristik nasionalisme cinta akan tanah air Indonesia dengan melakukan program-program pendidikan intensip.
Melatarbelakangi beberapa asumsi bangsa kolonial yang penulis telah utarakan di atas maka terlaksanalah program-program pendidikan yang semestinya tidak bermanfahat bagi rakyat Papua Barat dan sebenarnya telah membunuh karateristik maupun kemampuan/skill dan termasuk merupakan pengabaian terhadap hak atas pendidkan yang layak dan berkualitas menurut standar internasional bagi rakyat Papua Barat.

Guna menjelaskan dan membuktikan asumsi yang penulis kemukakan di atas maka penulis mencoba menguraikan secara objektifitas di lapangan menyangkut kebijakan-kebijakan pendidikan terselubung guna pemahaman dan wawasan atas nusantara oleh pemerintahaan colonial Indonesia di Papua Barat. Kebijakan dalam hal ini mulai di terapkan dari tingkat pendidikan dasar SD, SLTP, dan SLTA diwajibkan setiap hari senin diadakan upacara pengibaran bendera sang sahka merah-putih (bendera milik bangsa colonial Indonesia) dan diiringi dengan lagu kebangsaan Indonesia Raya, selanjutnya dilakukan pembacaan tesk pancasila, sumpah pemuda dan Undang-undang dasar 1945 yang sebenarnya berisi sumpah-sumpah serapah dan falsafah-falsafah hidup kebudayaan bangsa colonial Indonesia yang berada di pulau jawa, bugis, buton, maksar.

Dengan demikian timbul pertanyaan apakah hal tersebut patut dan layak di lakoni oleh bangsa Papua Barat yang banyak memiliki perbedaan History, Antropologi, Raas, Budaya dan Bahasa…? Jika demikian apa manfahat yang akan didapatkan oleh rakyat Papua Barat…? Apakah benar tercatat sejarah di lembaran sejarah Indonesia bahwa rakyat Papua Barat bersama-sama bangsa Indonesia berjuang menentang penjajahaan untuk kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)…? Waktu penetapan symbol-simbol kenegaraan bangsa colonial Indonesia dan pengucapan sumpah pemuda, serta pembacaan teks Proklamsi maupun Undang-undang Dasar 1945dll, adakah wakil dari rakyat Papua Barat yang ikut di utus bersama-sama dalam kegiatan yang dimaksud…?

SegudangPertanyaan demi pertanyaan muncul dan memang masih tersimpang dihati rakyat Papua Barat yang kini pilu dan sakit untuk diungkapkan. Sikap terselubung dan intrik-intrikan politik bangsa colonial yang syarat dengan kepentingan atas wilayah dan rakyat Papua Barat semakin memperjelas asumsi yang di utarakan.

Pada tindakan yang lain pada masing-masing tenaga didik yang dikirim ke Papua Barat dari Pulau jawa dan sekitarnya tidak proposional, mutu pendidikan serta kemampuannya perlu dipertanyakan, keterkaitan dengan hal tersebut para tenaga pengajar/didik telah dipersiapkan secara matang dengan wawasan nusantara yang luas serta beridiologi Pancasila dan Undang-undang Dasar (UUD 1945) yang sengaja di atur sedemikian rupa guna memaksakan kehendak anak murid untuk menghafal mati seluruh teks-teks pancasila, UUD 45, dan Sumpah Pemuda, sampeh-sampeh banyak anak murid terseset, strees, pyskologinya terganggu, semangat belajar menurun, selalu ada saja ketakutan didalam hati sewaktu berangkat ke sekolah bahkan dipukul, dikenakan sangsi, di tarik rambutnya, di toki kepalanya, di hajar menggunakan rotan hingga ada yang berdarah, di straap di luar dan di suruh menghormati bendera merah-putih hingga jam mata pelajaran yang bersangkutan selesai jam belajarnya, usaha keras yang dilakuakn tenaga-tenaga pengajar tersebut demi pesangon yang disediakan intensif oleh pemerintah bagi mereka.

Tindakan tersebut merupakan proses pembodohaan yang di rancang secara sistematis, Tindakan tersebut merupakan tindakan pelanggaran terhadap hak untuk mendapatkan pengajaran dan pembelajaran yang layak di mata dunia, tindakan tersebut merupakan tindakan pemaksaan nasionalisme bangsa colonial Indonesia terhadap rakyat Papua Barat, jika pembaca mencermati secara seksama kebijakan pendidikan tersebut hanya di peruntukan bagi rakyat Papua Barat dengan tingkatan mata pelajaran yang di perlakukan khusus contohnya PPKN, BHS INDONESIA serta mata pelajaran lain yang berbauh nasionalisme Indonesia, bahkan menjadi tambah anehnya lagi jika mata pelajaran yang telah disebutkan diatas ditekankan pada pendidikan tingkat dasar mengapa tidak…? mata pelajaran BHA ASING hanya baru di mulai dari tingkat SLTP atau SLTA…? Atau demikian sama sekali memang tidak di ajarkan !!!.

Jika memang ada yang di ajarkan di tingkat SLTP atau SLTA hanyalah pendidikan komoditas BHS ASING yang sebenarnya materi yang tidak asing lagi di ajarkan di sekolah-sekolah luar Papua Barat jika di bandingkan dengan pulau jawa adalah mata pelajaran BHS ASING yang sehari-hari di ajarkan di tingkat TK dan SD apalagi jika dicermati dari sudut pandang kualitas materi pelajaran yang dimuat pada mata pelajaran tersebut tidak berbobot dan bermanfahat bagi rakyat Papua Barat, tidak berbobot dan bermanfaat dalam arti kata, didalam kalimat-laimat tersebut dimasukan penjelasan subjek dan objeknya yang senyata-nyata tidak ada di Papua Barat, Contoh kalimatnya, kereta api berjalan sejauh 1km dari Surabaya menuju Jakarta, pak kusir mengendarai delman, bus way tabrak lari penumpang, dan masih banyak lagi ilustrasi yang dapat dikemukakan, demikian yang menjadi pertanyaan dan kebingungan adalah anak murid, banyak pertanyaan yang akan muncul seperti apa mirip kereta api?, model dan bentuknya mirip apa? Karena benda-benda tersebut tidak di temukan di Papua Barat.

Ini merupakan proses kurikulum materi pelajaran yang membingungkan dan membodohkan rakyat Papua Barat. jika di bandingkan ilmu serta tingkat kecerdasan anak murid di pulau jawa dan pulau-pulau lainnya dengan Papau Barat ibarat lima gelas air susu berbanding satu gelas air tawar. Sehingga pada tahapan-tahapan yang lain setelah anak murid setelah meneylesaikan di tingkat SLTA dan melanjutkan dijenjang yang lebih tinggi lagi (Universitas/Pergguruan Tinggi) misalanya di luar Papua Barat banyak mengalami kesulitan, terutama pada tingkatan penyesuaian mata pelajaran/mata kuliah maupun dilingkungan sekitarnya sehingga banyak generasi muda penerus bangsa Papua Barat tersendat-sendat di bangku kuliah. Banyak kasus dan kejadian yang terjadi ada yang tidak tahan lalu meninggalkan bangku kuliah dan kembali melanjutkan di tanah Papua Barat, ada pula yang menyelesaiakannya diatas stndar waktu perkuliaan dengan menggapai semester 15,17 dan sebagainya, bahkan ada yang nggagur dan menjdi kuli bangunan dan lain-lain.

Memang rakyat Papua Barat tidak diperlakukan sebagai manusia, bangsa colonial Indonesia sangat kawatir jika banyak rakyat Papua Barat pintar dan menguasai segala bidang, mengapa demikian…? Karena dikawatirkan rakyat Papua Barat akan mengalahkan bangsa colonial, dikawatirkan karena bangsa Papua Barat akan menemukan Jati Dirinya sebagai manusia Papua Barat yang utuh, sejatih dengan tingkat kecerdasan melebihi bangsa kolonial. Pemaksaan terhadap nasionalisme bangsa lain terhadap bangsa lain merupakan tindakan biadap yang tidak berperikemanusiaan. Demikian logika karateristik bangsa penjajah ingin menguasai, merampok, dan menjajah bangsa lain, menganggap bangsa lain lebih rendah dari bangsanya maka tak dapat di bantah lagi sepak terjang bangsa colonial Indonesia semakin jelas atas nasib dan kehidupan bangsa Papua Barat. Terutama kebijakannya dalam menjalankan program pendidikan di tanah Papua Barat secara meneyluruh, pendidikan menjadi lahan subur bangkitnya penindasan-penindasan baru berkedok membangun di Papua Barat.

b. Infrastruktur Pembangunan Sekolah dan Fasilitas Belajar

Sumber materi pendidikan yang berbobot sesuai dengan ketentuan perkembangan ilmu serta teknologi yang berkembang cepat dewasa kini sangat mendukung anak didik dalam proses menuju pembelajaran yang efektif di barengi dengan tingkat kecerdasan yang dimilikinya dapat mampuh menyesuaikan diri dan bertahan hidup dalam mengahadapi arus globalisasi serta di dukung dengan faktor infrastruktur dan fasilitas sarana-prasarana yang dijamin serta berkualitas, lengkap, bermutu dan berbobot tinggi.

Jika saudara pembaca yang budiman mengamati secara seksama di sekeliling anda mungkin terdapat beberapa infrastruktur pembangunan sekolah yang dilihat dari fisiknya cukup mampan dan berstndar entah itu berstandar nasional maupun internasional di tambah dengan fasilitas belajar yang didukung dengan penyediaan laboratorium computer, fisika, biologi, maupun sejenisnya serta perpustakaan yang layak dengan buku-buku yang terbaru merupakan wujud dan cita-cita pendidikan yang mencakup bagian-bagian dari pada intisari yang dimaksud dalam dunia pendidikan era sekarang, tenaga pengajar/didik yang produktif dan propesional cukup leluasa dapat mampuh memberikan kontribusi bagi peningkatan mutu pendidikan namun hal tersebut tidak menjadi kendala dalam proses belajar-mengajar disekolah malah semakin menjamin masa depan anak didik yang bersangkutan. Pada dasarnya tak lagi diragukan kemampuannya untuk melanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi.

Penulis mengajak pembaca yang budiman untuk bersama-sama menyimak peradaban kehidupan dalam dunia pendidikan yang dimaksud diatas sangat terbatas dan tidak relevan lagi dengan perdaban kehidupan sekarang bagi kondisi kemelut yang dihadapi rakyat Papua Barat, mengapa demikian…? Pengertian dan pandangan demikian diatas adalah pandangan dan retorika pemerintahaan colonial indonesia tentang langkah-langkah strategis pendidikan bagi rakyat Papua Barat di Papua Barat, secara empiris untuk membuktikan kebenarannya, pembaca yang budiman dapat mengunjungi tanah Papua Barat dan melakuakan apa yang dikenal dengan study banding tentang apa yang dikatakan Negara, jika dicermati secara seksama Papua Barat benar-benar merupakan wilayah yang pertama tergolong miskin dalam dunia pendidikan jika di bandingkan dengan pulau-pulau lain di luar Papua Barat.

Sekolah-sekolah pada khususnya diwilayah propinsi (jayapura) hanya memiliki satu sekolah bertaraf internasional yang terletak di ipar gunung yang dinamakan SMA-Buffer namun sekolah tersebut tidak merekrut sembarang anak bahkan sekolah tersebut kadang melakukan diskriminasi terhadap anak pribumi dengan berbagai macam dalih.

Jika dicermati secara keseluruhan infrastruktur pembangunan disekolah-sekolah yang lain pada bagian yang lain terdapat 4-5 sekolah yang tergolong lumayan dari tingkat infrastrukturnya maupun fasilitas yang disediakan cukup menjamin anak didik untuk berlatih mengembangkan ilmu, sedangkan pada wilayah-wilayah pinggiraan kota, kecamatan/desa sangat terbatas baik infrastruktur pembangunannya maupun fasilitas belajar yang disediakan pemerintah, beralih pada bagian yang lain pada wilayah-wilayah kabupaten semakin terpuruk dengan kondisi pembangunan maupun fasilitas yang ada, kondisi fisik gedung yang tidak memadai, banyak terdapat bolong-bolong pada atap sekolah bahkan ada separoh bagian dari atap gedung di telan angin puyung dan badai hujan salju sehingga kadang ditunda menyangkut proses belajar-mengajar pada pagi hari pukul 07.30 WIBP dan di lanjutkan sekitar pukul 10.00 WIPB siang terkadang Lumpur/tergenang air sekolah mengambil kebijakan sendiri dengan menerapkan hari libur untuk sementara waktu 1-2 hari jika tidak memungkinkan untuk dilangsungkan proses belajar-mengajar, kekurangan bangku-kursi dan lemari yang menyebabkan anak didik dengan terpaksa mengalaskan papan-papan bekas rongsokan gedung yang digunakan sebagai alat tulis dan beralaskan daun pisang/bekas-bekas karung pepung/beras sebagai alat duduk, banyak kekurangan buku-buku mata pelajaran, lebih banyak yang dipelajari diambil dari kurikulum lama tahun ajaran 1991/1995 yang tak layak pakai jika dibandingkan dengan perkembangan jaman sekarang, tidak memiliki perpustakaan jangankan perpustakaan tenaga pengajar/didik sangat terbatas.

Hal tersebut terkadang 2 guru yang menangani 1 sekolah dengan memberikan seluruh mata pelajaran bahakan 1 guru yang menengani 1 sekolah. Kondisi demikian mempengaruhi tingkat pemahaman anak didik terhadap ilmu pengetahuan serta efektifitas belajar di tanah Papua Barat. Kondisi demikian yang dipaparkan penulis sebagai hasil reset penulis pada proses pendidikan baik pada tingkatan jaminan mutu pendidikan maupun infrastruktur pembangunan sekolah yang ada. Bila di telusuri pada daerah-daerah terpencil atau pedalaman sama sekali tidak di temukan 1 buah pembangunan gedung sekolah, yang ada hanyalah para penyandang buta aksara (buta uruf).

Hal demikian sangat di pahami benar oleh rakyat Papua Barat jika ini adalah suatu proses penjajahan yang sistematis dan memang sengaja dilakukan oleh pemerintah colonial Indonesia agar dengan mudah menguasai dan merampok kekayaan alam rakayat Papua Barat dan membiarkan rakyat Papua Barat bodoh mati terkapar-kapar di atas tanah airnya yang kaya akan kekayaan alam dilaut, hutan, daratan yang mengasilkan tambangan, mineral minyak yang berjumlah sekian ribuh-ribuh ton. (Doc. Zocatraes)***
Situs ini milik Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) Komute Kota Surabaya-Malang, copyright@SPM News Group Online Services dan dikelolah oleh Biro Pendidikan dan Propaganda.
Share this post :