Wahai Mahasiswa Papua, Bersatulah!
Aser Wissel Gobay*)
“Komitmen
pelajar dan mahasiswa Papua untuk menggali makna persatuan dan membina
persatuan dirasa sangat penting. Karena akhir-akhir ini, persatuan
mahasiswa Papua sebagai satu rumpun melanesia sudah mulai remuk redam.
Sementara itu, bangsa Papua terus dihantui berbagai persoalan. Apa
jadinya bangsa Papua, kalau mahasiswa tidak bersatu untuk menyikapi
berbagai persoalan ditanah Papua. Persatuan dan kesatuan selayaknya
terus kita tingkatkan tanpa melihat perbedaan suku, kabupaten, agama,
jenis kelamin, dan umur atau pendidikanya, karena kita adalah satu
rumpun melanesia. Minimal bersatu secara emosional”
Bersatu!
Bersatu
adalah sebuah kata yang mengandung arti yang jika mau dikaji, dibahas
dan dibicarakan secara gramatikal tetap mengandung arti ‘satu’. Bukan
dua. Kata satu dibubuhi awalan ber, maka terbentuk kata ‘bersatu’.
Bersatu berarti menjadikan satu. Kata ‘bersatu’ memang mudah diucapkan
tetapi sungguh sulit diwujudnyatakan. Karena memang manusia mempunyai
cara pandang, cara berpikir dan cara melakukan sesuatu yang berbeda.
Selain itu, suku, agama, kepentingan dan segala macam adalah hal-hal
membedakan manusia yang satu dengan manusia lain. Perbedaan itu itu
secara alamiah ada pada setiap manusia, sekalipun mereka itu kembar.
Kata
bersatu dalam hal ini tidak mengandung makna semunya harus menjadi satu
(sama). Manusia yang satu dengan manusia yang lain tidak harus sama.
Tidak boleh dipaksakan untuk menjadi sama. Yang mau ditekankan di sini
adalah lebih pada bersatu secara ideologi. Berkumpul bergabung menjadi
satu, sepakat, seia sekata mengarahkan kepada satu tujuan. Tujuan yang
besar, yakni berserikat untuk melihat kembali tanah air Papua. Ada apa
di tanah kita. Mahasiswa Papua sebagai satu ras melainesia harus berani
saling mengakui, saling menerima, saling terbuka dan yang lenbih penting
adalah kita adalah agen perubah yang akan merubah bangsa Papua ke
depan.
Kamu
dari Papua pantai, kamu dari Papua pengunungan, kamu dari Papua lembah.
Ah… saya ini senior kok, kamu itu ade-ade. Kabupaten kita berbeda, dan
tetek bengek lainnya adalah istilah kampungan. Ungkapan-ungkapan yang
merusak akar persatuan. Mahasiswa menjadi terkotak-kotak. Tidak ada
pengakuan secara ideologi bahwa kita adalah orang Papua. Kita bersatu
melawan cara berpikir yang mencerai beraikan mahasiswa yang katanya agen
perubah itu. Karena perubahan Papua tidak akan datang sendiri tanpa
kita bersatu. Yang lebih penting adalah cukup berpikir “saya dari Papua”
maka semua orang Papua adalah saudara sebangsaku. Mungkin yang lebih
konkret dan sederhana adalah saling menyapa sebagai orang Papua.
Bersatu
yang ingin disampaikan dalam tulisan ini adalah lebih ke arah bersatu
secara sosial, pentingnya persatuan masyarakat Papua dalam satu
kerangka pikiran yang sangat positif untuk kepentingan dan kebaikan
semuanya.
Kenapa Harus Bersatu?
Setelah
adanya Pemekaran Kabupaten/Kota dan Provinsi di tanah Papua, persatuan
sudah mulai tidak ada lagi dalam masyarakat Papua, khususnya mahasiswa
Papua. Ada kotak-kotak. Pemecahan secara administratif berpengaruh pada
pemecahan emosional orang Papua sebagai satu ras. Persatuan walaupun
tidak mutlak, tetapi sampai saat ini terbukti lebih bermanfaat dan
bernilai positif ketimbang perpecahan jika dipandang dalam batas-batas
yang terukur dan jelas. Penulis sempat bertanya-tanya dan bingung,
kenapa negara-negara Eropa yang sudah sedemikian maju, makmur dan kuat
secara peradaban, ekonomi dan teknologinya masih mau bersatu dalam
sebuah bentuk persatuan yang lebih besar lagi yang disebut Uni Eropa.
Setelah
mempelajari sekilas ternyata dengan menyatukan diri dalam persatuan
yang lebih besar itu, mereka masing-masing bisa mendapatkan sangat
banyak manfaat dan penguatan terhadap negara masing-masing demi
pencapaian cita-cita kehidupan kemanusiaannya yang lebih tinggi.
Selain itu merupakan salah satu upaya antisipasi menghadapi persaingan
globalisasi. Di sisi dunia yang lain kita juga bisa melihat adanya
proses perpecahan yang terjadi seperti contohnya bekas negara Uni Soviet
yang terpecah-belah sehingga tidak mempunyai kemampuan dan kekuatan
seperti dulunya lagi.
Dari
kedua contoh di atas (dalam skala negara dan dunia) yang berlawanan,
saya mencoba untuk memberikan alasan dengan memberikan wawasan yang ada
untuk membuktikan bahwa masalah persatuan adalah begitu penting dan
berpengaruhnya baik terhadap sebuah komunitas maupun individunya
masing-masing, yang efeknya tentu bisa sangat relatif luas dan
berdampak langsung terhadap kehidupan sosial.
Setelah
merenung dan memikirkan masalah ini, pada akhirnya penulis hanya
mendapatkan satu kesimpulan yang sederhana di mana kunci persoalannya
memang ada pada masing-masing individu orang Papua (mahasiswa). Ialah
ada atau tidaknya “semangat bersatu”dalam jiwa kita masing-masing.
Semangat bersatu yang dimaksud di sinipun terus terang tidak mungkin
dijelaskan secara detail dan terperinci dalam tulisan ini karena
sifatnya luas. Secara singkat penulis hanya dapat memberikan sedikit
pandangan bahwa semangat bersatu yang dimaksudkan ini harus ditangkap
dan ditafsirkan seluas-luasnya secara sangat positif dalam kerangka
segala belajar untuk menatap masa depan Papua yang baru.
Membangun Semangat Bersatu
Jika
semangat bersatu adalah modal untuk bersatu maka sekarang tinggal
bagaimana kita membangun dan mengembangkan semangat bersatu ini dalam
diri kita (mahasiswa Papua) masing-masing. Dalam hal ini penulis hanya
berusaha memberikan alasan yang bersifat mendukung ke arah pengembangan
dan membangun semangat kita untuk bersatu. Pertama, kekuatan untuk
mencapai tujuan yang lebih besar/tinggi akan mengumpul dan lebih solid
sehingga tujuan akan lebih mudah tercapai. Secara individu akan sulit
tercapai. Kedua, menyatukan dan menyamakan visi dan tujuan agar tidak
terjadi pergesekan dan konflik yang bisa menyebabkan perpecahan dan
pertikaian. Ketiga, membentuk jaringan komunikasi dan interaksi serta
saluran informasi di antara seluruh individu sehingga mendorong
perkembangan masing-masing individu ke arah positif.
Ada
peribahasa atau ungkapan “Lidi sebatang mudah dipatahkan, tetapi
segenggam lidi tidak terpatahkan”, ungkapan tersebut mengibaratkan
bahwa timbulnya suatu kekuatan yang besar adalah berasal dari berkumpul
dan berintegrasinya kekuatan-kekuatan kecil yang membentuk satu
kekuatan besar yang terkadang tidak berbanding lurus (kekuatan yang
dihasilkan bisa lebih besar atau lebih kecil dari penjumlahan secara
matematis). Jika persatuan dapat menghasilkan kekuatan berlipat maka
inilah yang dimaksudkan dengan ” Sinergi “.
Tentunya dengan kekuatan berlipat dari sinergi ini akan dapat
mendorong membawa persatuan tersebut lebih mudah dan cepat mencapai
cita-cita dan tujuannya, yang pada akhirnya akan membawa dampak positif
dan manfaat langsung pada individu-individunya juga. Apabila kita mau
menang dari perjuangan kita, harapan kita, kita harus bersatu lalu
melawan musuh. Kita harus membanguan ideologi pembangunan Papua dalam
kerangka satu keluarga melainesia.
Sangat
memprihatinkan, di Papua hingga saat tidak ada tokoh yang dapat
dicontoh. Karena ketika salah satu orang menjadi pejabat (pemimpin)
jarang ada dukungan moril. Lawan politik akan mencari kesalahan untk
menjatuhkan. Tidak ada dorong-mendorong untuk membangun Papua bersama.
Kapan majunya kalau ada di Papua masih ada istilah kami dari pantai,
kamu dari pengunungan, kamu dari lembah, dan tetek bengek lainnya. Kamu
islam, kamu Kristen protestan, dan kamu kristen katolik juga akar
perpecahan. Lebih aneh cara berpikir itu, masih sering terlihat
dikalangan mahasiswa Jawa dan Bali. Katanya mahasiswa?.
Mari
wahai mahasiswa Papua di mana saja, kita lihat masalah persatuan ini
dengan kekinian zaman. Zaman sudah berubah, kita Mahasiswa harus
berubah. Kita bersatu melawan perpecahan sejak dini seraya menyatukan
persepsi. Mari kita bersatu minimal secara emosional untuk menatap hari
baru Papua Barat. Mari bersatu padu untuk mengancurkan tembok-tembok
yang menghancurkan kita di daerah supaya di antara masyarakat kita,
tidak terjadi tuntuk-menuntut, ancam-mengancam serta saling menyalahkan
satu kelompok dan kelompok lainnya. Mari kita bersatu!
Aktivis Aliansi Mahasiswa Papua (AMP)
*) Alumnus Universitas Dirgantara Indonesia, Fakultas Teknik Jurusan Teknik Mesin.