AMP Kota Yogyakarta Gelar Aksi Mengenang 13 Tahun Dibunuhnya Dortheys Hiyo Eluay
Yogyakarta, Jubi – Aliansi Mahasiswa Papua kota Daerah Istimewa
Yogyakarta (AMP DIY) mengenang 13 tahun (10 November 2001 – 10 November
2014) dengan tema Melawan Lupa dalam bentuk diskusi di Asrama Papua,
Kamasan I Jln. Kusuma Negara No, 19 Yogyakarta
Agus Dogomo, koordinator pelaksana sekaligus pemandu diskusi
menyampaikan kegiatan ini dimaksudkan untuk mengenang Pejuang Papua,
Theys Eluay yang telah dibunuh 13 tahun lalu, “selama ini teman-teman
di media sosial sering memajang foto, kutipan kalimat-kalimat, design
baju tentang Bapak Theys tetapi apakah mereka mengerti siapa dia secara
mendalam itu pertanyaan, dan acara ini dikemas untuk menjawab pertanyaan
itu” ujarnya kepada wartawan tabloidjubi.com usai kegiatan, Senin, 10/11.
Theys, menurut Dogomo adalah tokoh pejuang kemanusian orang Papua
yang akan dikenang oleh generasi Papua sepanjang masa. Dia salah satu
figur yang menyatuhkan orang Papua dari 250an suku ketika menjadi ketua
Lembaga Masyarakat Adat (LMA), 1992 dan akhirnya terbukti dengan
ditentukannya sebagai ketua Presidum Dewan Papua (PDP) dalam kongres II
di Jayapura, pada 2000.
“Generasi Papua hari ini yang diskat-skat dengan adanya pemekaran,
transmigrasi dan lan-lain mesti mengenal dan memahami dengan baik
perjuangan para tokoh Papua, di antaranya Bapak Theys dan mempertanyakan
kenapa mereka dibunuh, dan moment ini kami mengajak semua untuk bersatu
menjadi satu Papua” ujar mahasiswa semester akhir salah satu perguruan
tinggi swasta di kota Yogyakarta ini.
I Ngurah Suryawan, kandidat doktor Antropologi UGM dari Universitas
Negeri Papua (Unipa) dan juga pemerhati sosial, politik dan budaya Papua
yang turut hadir dalam diskusi Melawan Lupa ini menyampaikan kekerasan
kemanusian di Papua sangat massif dan dibutuhkan pergerakan yang besar
pula,
“Persoalan baku tipu diantara elit Papua untuk kepentingan pragmatis
sangat berdampak pada aspek kehidupan masyarakat kelas bawah, belum lagi
kita bicara cap tikus (CT-sejenis minuman untuk mabuk), kapal putih,
transmigrasi, pemekaran daerah, investasi asing membuat orang Papua
terpecah belah dari akar budaya dan sangat mudah dihasut” ujarnya.
Lebih lanjut, Ngurah menawarkan salah satu solusinya, selain orang
Papua bersifat konsumtif tetapi harus lebih produktif dalam menghasilkan
tulisan dari semua bentuk kejadian yang dialami masyarakat itu kemudian
diakumulasikan dengan berbagai daerah dan diadvokasi bersama karena
dengan cara seperti ini memiliki bobot yang tinggi.
Diskusi melawan lupa yang difasilitasi AMP DIY dimulai pukul 19.40
WIB dari rencana awal pukul 17.30 WIB dan berakhir pukul 22.15 WIB di
aula utama Asrama Papua, Kamasan I, Yogyakarta dan dihadiri sekitar 30an
mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di kota Yogyakarta. (Mecky)