Rekam Peristiwa Aksi
Nasional (Doc.AMP)
Hari ini dikenal sebagai hari peringatan Kemerdekaan
Papua yang ke-53. Hampir di seluruh belahan dunia, orang Papua dan bahkan para
simpatisan kemerdekaan Papua Melakukan Aksi serentak, peringatan HUT PAPUA yang
ke-53 tahun.
Di Papua, diinformasikan, banyak orang ditangkap hanya
karena berkumpul untuk melakukan peringatan Kemerdekaan. Sebelum dilakukan
penangkapan pada 1 Desember 2014, pada malam hari, Aparat Gabungan melakukan
swiping ketata di beberapa kota di Papua. Di Jayapura, diinformasikan, swiping
dilakukan di Sentani, Skyland, Jayapura-Kota, Kampung Harapan dan Expo serta Tanah
Hitam.
Isu yang dikembangkan, warga membawa Bintang Kejora.
Alasan BK, aparat melakukan swiping hingga sampai pada tas-tas warga yang
kebetulan melintasi tempat swiping tersebut. Isu BK kemudian dihebohkan kalau
akan dikibarkan di Makam Theys H Eluay. Aparat yang melakukan swiping di
sentani, fokus mereka. Entah berapa jumlah “DANA”
yang dikeluarkan untuk alasan pengamanan, apalagi lebih dari 5.000 pasukan yang
dikirim ke Papua, belum lagi Pasukan BIN, BAIS, KOPASUS, dan Intel diluar dari
Militer?
Bintang Kejora Pun Berkibar di beberapa tampat pagi
tadi, di hampir seluruh Papua. Di Enarotali, Bintan Kejora Berkibar sekitar 30
Menit. Siapa yang menaikan BK, sampai saat ini belum diketahui.
Aksi di Jakarta
Mahasiswa Papua yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa
Papua (AMP) melakukan aksi peringatan HUT Kemerdekaan Papua di Jakarta. Aksi
tersebut direncanakan akan dilakukan di depan Istanah. Massa aksi mulau
melakukan aksi awal di depan Bundaran Hotel Indonesia (HI). Aksi tersebut
dilakukan pada pukul 08.00. Jumah massa yang lebih dari 500 orang.
Saat Massa aksi melakukan aksi damai, Massa aksi
memberikan ruang pada kendaraan yang melintasi Bundaran HI. Aksi berjalan
dengan damai. Saat massa aksi diarahkan untuk menuju Istanah, Polisi mulai
memblokade jalan, dan tidak mengijinkan massa aksi untuk melakukan longmars ke
arah Istanah. Polisi memblok jalan massa.
Melihat Polisi melarang massa aksi untuk longmars ke
Istana, massa aksi kemudian berusaha untuk menerobos pertahanan Polisi. Saling
dorong mendorong pun terjadi. Sementara itu, Intel lainnya menarik satu massa
aksi untuk menculik-nya, namun karena dilihat oleh massa aksi yang lain,
seorang massa aksi yang ditarik untuk diculik berhasil ditarik kembali oleh
massa aksi lainnya. Kondisi seorang massa aksi yang mau diculik itu dalam
bercakan darah karena sempat diinjak dan diseret, kemudian pakaiannya sobek.
Polisi melakukan tindakan kriminal dengan menyiksa
seorang massa aksi, kemudian mencuri bensi milik mobil komando dan memutuskan
semua kabel-kabel pada Mobil komando tersebut. Ban dari kendaraan itu juga
dibuat kempes.
Sementara, Komandan Polisi yang memimpin Polisi di
lapangan, mengeluarkan bahasa propokasi yang memicuh amarah baik massa aksi dan
memaksa Polisi untuk tetap memblokade. Proses dorong mendorong kemudian
berhenti saat massa aksi diperintahkan oleh Pemimpin aksi untuk duduk di
tempat.
Polisi berusaha untuk membubarkan massa aksi, namun
mereka agak kesulitan karena massa aksi memilih untuk duduk.
Massa kemudian berdiri dan melakukan aksi untuk
berusaha menerobos pertahanan kepolisian, namun Polisi tetap memblokade
jalan-nya massa aksi. Proses dorong mendorong pun terjadi lagi, namun tetap
sama, Polisi tetap melarang aksi mahasiswa Papua terjadi. Setelah massa aksi
duduk kembali, massa aksi diarahkan untuk tetap semangat dan kemudian
membubarkan diri, setelah pembacaan pernyataan Sikap bersama. Aksi kemudian
berakhir pada pukul 12.05.
Massa Aksi yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa
Papua (AMP) menuntut:
- 1. Pemerintah Indonesia mengakui Kemerdekaan Indonesia dan melakukan Penentuan Pendapat Rakyat Ulang;
- 2. Tarik Militer dari tanah Papua;
- 3. Pemerintah menutup perusahaan-perusahaan asing di Papua seperti Freeport.
- 4. Pemerintah Hapus otonomi khusus, UP4B dan pemekaran wilayah di Papua.
Setelah aksi berakhir, massa aksi melakukan tarian
adat sambil menunggu kendaraan jemputan. Massa aksi meninggalkan Bundaran HI
pada pukul 13.02.
Tindakan Aparat Dalam Aksi:
11) Melarang
Massa Aksi untuk aksi ke Istanah dan memblokade massa di Bundaran HI;
22) Dorong
mendorong dilakukan oleh aparat sebagai upaya mengkriminalkan aksi damai;
33) Melakukan
penyiksaan terhadap seorang massa aksi dengan menyeret dan menginjaknya
kemudian pakaiannya disobek dan berkeinginan untuk menculiknya;
44) Bahasa
Komandan Polisi mengandung Unsur Provokasi meliputi:
a) Kami minta
massa aksi tidak membuat macet jalan, sementara Polisi memalang jalan agar masa
aksi tidak aksi ke Istanah, walau aksi damai dan massa aksi memberikan jalan
bagi kendaraan;
b) Kami perna
bertugas di Papua. Pernyataan ini tentu menunjukan bahwa pelarangan aksi
terhadap orang Papua yang selalu diterapkan di Papua sedamg di terapkan juga di
Ibu Kota Negara Indonesia Khusu untuk orang asli Papua. Tentu ini tindakan
rasis
55) Membuat
Kempes Ban Mobil Komando;
66) Polisi
mencuri bensi milik Mobil Komando;
77) Polisi
memutuskan semua kabel di Mobil komando;
88) Polisi
berharap massa aksi untuk segera membubarkan diri-nya dan tidak melakukan aksi;
99) Polisi memakai 4 mobil bus, 2 mobil gas air mata.