Upaya Pemekaran Propinsi Papua Tengah dan Tindak Kekerasan Alat Reaksioner Negara (TNI/Polri) di Puncak Jaya – Papua
Oleh : Biro Media-Propaganda Aliansi Mahasiswa West Papua (AMWP) Jogja
Situasi kekerasan hari ini di Puncak
Jaya, khususnya di Distrik Tingginambut, Kampung Guragi dan Yambi tidak
terlepas dari kepentingan elit birokrasi (Klas Kapitalis Birokrat) untuk
kepentingan bagi-bagi kekuasaan. Yang mana, Bupati Puncak Jaya Lukas
Enembe, selaku Ketua Asosiasi Bupati Se-Pegunungan Tengah Papua berupaya
meyakinkan Negara bahwa Propinsi Papua Tengah tidak akan aman dan damai
jika keberadaan Tentara Rakyat Papua Pimpinan Goliat Tabuni tidak
dimusnahkan.
Melalui kesepakatan bersama antara
Pemerintah Daerah Tingkat II Puncak Jaya, Pangdan XVII Trikora dan Polda
Papua pada bulan maret 2010, wilayah Kecamatan Tingginambut di jadikan
Daerah Operasi Militer (DOM) atau dengan kata lain “Kebijakan Bumi
Hangus”. Dalam kesepakatan tersebut dikeluarkan deadline akhir pada
tanggal 28 Juni 2010 kepada massa Rakyat Papua untuk mengosongkan
wilayah tersebut. Kebijakan ini jelas-jelas mengabaikan hak-hak dasar
Rakya Papua untuk hidup aman dan damai diatas Tanah Airnya sendiri.
Operasi sapu bersih yang dilakukan Alat
Reaksioner Negara (TNI/Polri) dengan alasan untuk melumpuhkan terhadap
Tentara Rakyat Papua dibawah Pimpinan Goliat Tabuni telah mengakibatkan
ratusan hingga ribuan warga massa Rakyat Papua khususnya di Distrik
Tingginambut, Kampung Guragi dan Yambi kehilangan nyawa, tempat tinggal,
ternak dan sumber pendapatan sebagai petani tradisional.
Aksi brutal dan tindak kekerasan yang
dilakukan oleh alat reaksioner Negara (TNI/Polri) terhadap massa Rakyat
Papua di Kabupaten Puncak Jaya terus berlanjut, terhitung sejak Maret
2010, Kindeman Gire (Pendeta) dan Enditi Tabuni (anak mantu dari Pdt.
Yason Wonda, Wakil Ketua Klasis GIDI Mulia) tertembak hingga mati. Juga
pada bulan yang sama terjadi tindak kekerasan terhadap massa Rakyat
Papua ; Garundinggen Morib (45 Thn), Ijokone Tabuni (35 Thn), Etiles
Tabuni (24 Thn), Meiles Wonda (30 Thn), Jigunggup Tabuni (46 Thn),
Nekiler Tabuni (25 Thn), Biru Tabuni (51 Thn/sedang sakit parah), Tiraik
morib (29 Thn), Yakiler Wonda (34 Thn), Tekius Wonda (20 Thn), Neriton
Wonda (19 Thn), Yuli Wonda (23 Thn), Kotoran Tabuni (42 Thn) mengalami
tindak penyiksaan yang tidak manusiawi mengakibatkan ke-13 korban harus
menahan derita dan sakit hingga tinggal menunggu maut menjemput.
Hingga saat ini belum terdata secara
pasti berapa jumlah korban jiwa dan material yang berjatuhan karena
begitu ketatnya kontrol informasi yang dilakukan oleh Alat Reaksioner
Negara (TNI/Polri). Dan pengungsian ribuan massa Rakyat Papua dari dua
Kampung tersebut sejak kemarin 07 Juni 2010 telah masuk di Wilayah
Kabupaten Jayawijaya – Wamena dan diiperkirakan pengungsian lain akan
menyusul. Selain itu pengungsian dari dua daerah tersebut juga telah
masuk dibeberapa daerah seperti ; Ilaga, Sinak, Kuyawagi, Ilu dan
sekitarnya. Alat Reaksioner Negara dari gabungan kesatuan TNI AD, TNI
AU, TNI AL dan Polri (Brimob) telah menguasai hampir seluruh pelosok dan
kota Kabupaten Puncak Jaya, bahkan kendali pemerintahan sepenuhnya
dikuasi oleh Alat Reaksioner Negara (TNI/Polri). Hingga saat ini
tindakan pembakaran terhadap rumah-rumah warga massa Rakyat, Gereja
(GIDI), penembakan ternak dan intimidasi terhadap Rakyat Papua terus
berlanjut. (bio)
“Jika hatimu bergetar marah karena ketidakadilan, maka kau adalah Kawan Sejatiku”