Tentara Revolusi Papua Barat
(TRPB)
(TRPB)
Panglima Komando Revolusi Tertinggi (PANGKORTI)
Sekretaris Jenderal
Papua Barat Siaga Satu Menanggapi Kebrutalan Operasi TNI/Polri
Segenap Rakyat Bangsa Papua Bersiap-Siaga Menyatukan Hati, Pikiran, Kekuatan dan Semangat
Segenap Rakyat Bangsa Papua Bersiap-Siaga Menyatukan Hati, Pikiran, Kekuatan dan Semangat
Press Release
Menggapi berbagai operasi militer dan polri
belakangan ini, yang menyebabkan keresahan di berbagai tempat, terutama
di pegunungan Papua Barat, maka Tentara Revolusi Papua Barat (TRPB)
dengan ini menyerukan kepada segenap rakyat bangsa Papua agar
Bersiap-siaga dan Menyatukan Hati, Pikiran, Kekuatan dan Semangat
dalam rangka merebut kembali kedaulatan
politik bangsa Papua, Negara West Papua yang telah dimanipulasi bangsa
dan Negara Indonesia lewat New York Agreement 1962, Rome Agreement 1968,
1969 dan Penentuan Pendapat Rakyat 1969, disusul berbagai kebijakan
brutal dan tidak manusiawi, antara lain, Otsus I (1963-1988),
Transmigrasi (1964-2000), penerapan DOM sampai tahun 1998, Otsus II
sejak 2001, yang semuanya bertujuan menghapuskan ras Melanesia dari
Tanah Air Bumi Cenderawasih dan memperkukuh dan memperluas kejayaan
Kekaisaran Majapahit sampai ke Samarai (PNG), maka Tentara Revolusi
Papua Barat sebagai benteng terakhir pertahanan bangsa Papua dan benteng
depan pertahanan ras Melanesia dalam memperjuangkan eksistensi dan
keberlangsungan hidup (survival) bangsa dan ras kami, maka dengan ini
menyerukan kepada segenap rakyat bangsa Papua agar:
-
MEMBOIKOT Pemilu NKRI 2009, karena memboikot Pemilu atau tidak mengikuti Pemilu adalah satu-satunya Hak yang Tersisah setelah segala hak lain dari manusia Papua dirampas, diperas, ditindas dan ditumpas oleh NKRI sejak menduduki wilayah Papua Barat;
-
Tidak melakukan kekerasan fisik secara terbuka,
-
karena memboikot Pemilu bukanlah sebuah tindak kekerasan, tetapi sebuah perwujudan dan pelaksanaan hak mutlak bagi setiap manusia di dunia yang berada dalam sebuah Negara-bangsa, entah karena terpaksa ataupun karena sukarela. Karena bangsa Papua dimasukkan ke dalam NKRI, maka hak yang tersisah ini patut dipergunakan SETIAP LIMA TAHUN SEKALI, dan dimulai sejak Pemilu 2009 ini;
-
karena tindakan menggunakan senjata adalah tugas pasukan pertahanan Tentara Revolusi Papua Barat, bukan rakyat Papua secara keseluruhan,
-
karena keterlibatan masyarakat secara keseluruhan beresiko kekerasan NKRI yang begitu brutal dan biadab.
-
-
Pemboikotan Pemilu 2009 ini akan merupakan bukti nyata yang dapat menunjukkan kepada seluruh bangsa dan Negara di dunia tentang penolakan bangsa Papua tinggal dengan NKRI dalam keadaan terpaksa;
-
Bangsa Papua telah mengikuti Pemilu NKRI sejak tahun 1972, dan selama ini pula selalu mengeluh dan menderita atas tindak kebiadaban NKRI, dan telah kehilangan harapan. Dengan keputus-atasan itu, telah banyak elit politik Papua bergabung menjadi kaum Papindo (Papua – Indonesia) yang pro-otonomisasi dan pemekaran, telah banyak pula menjadi anggota pasukan Merah-Putih.
-
Ada banyak lagi yang sedang bingung untuk menentukan ikap. Untuk itu, kami sebagai pemegang mandat amanat penderitaan bangsa Papua menyatakan bahwa
“Perjuangan kemerdekaan
Bangsa Papua tidak kehilangan momentum, tidak ketinggalan kereta, bukan
hal yang tidak pernah akan terjadi, tetapi adalah sebuah kemutlakan, sebuah kebenaran dan sebuah kepastian.
Adat dan Alam Papua sudah mulai menggerakkan segenap kekuatannya
menghadapi Ibu Pertiwi dengan keluhan dan tangisan mereka. Mereka telah
menangis berkali-kali di Sumatera, di Jawa, di Sulawesi. Banyak pulau
lain akan menangis pula.”
Tentara Revolusi Papua Barat (TRPB) sebagai
benteng pertahanan terakhir Perjuangan bangsa Papua untuk mempertahankan
identitas, hargadiri dan martabat bangsa Papua dan ras Melanesia tidak
akan pernah mundur kapanpun, dan dengan alasan apapun juga.
Dan kini atas nama moyang bangsa Papua dan
Melanesia, tumbuhan, hewan, benda alam, makhluk roh dan penghuni Bumi
serta atas nama anak-cucu dan bangsa Papua menyatakan dengan ini,
PAPUA BARAT DALAM KONDISI SIAGA SATU SEJAK 04 APRIL 2009
Demikian dan harap dilaksanakan dengan
kesadaran dan ketulusan hatinurani untuk kelanjutan hidup bangsa Papua
dan ras Melanesia di muka Bumi.
Dikeluarkan di: Markas Pertahanan
Pada Tanggal: 03 April 2009
Leut Gen. Amunggut Tabi
Secretary-General
West Papua Revolutionary Army
WPRA Commander in Chief
WPRA Commander in Chief
Secretary-General
West Papua Enters into SECURITY ALERT Responding to the Indonesian Military and Police Operations Spreading Across West Papua
All Papuans should Unite in Our Hearts, Minds, Strengths and Aspirations
All Papuans should Unite in Our Hearts, Minds, Strengths and Aspirations
Press Release
Responding to current Indonesian military
and police operations launched in West Papua, particularly in the
highlands, the Revolutionary Army of West Papua (WPRA) hereby calls upon
Papuan peoples all over West Papua, and Melanesians all over Melanesian
Archipelago
To Stay on Alert and Unite our Hearts, Minds, Strengths and Aspirations
in our campaigns to re-gain our political
sovereignty which was robbed by Indonesia through a series of
manipulative acts and policies such as New York Agreement 1962, Rome
Agreement 1968, 1969 and Act of Free choice 1969, followed by various
acts of brutalities through Special Autonomy I (1963-1988),
Transmigration (1964-2000), DOM till 1998, Special Autonomy II since
2001, by which NKRI have been aiming at obliterating Papuan ethnic and
wiping out Melanesian race from The Land of Paradise in their efforts to
expand the Kingdom of Majapahit from Sumatra to Samarai (PNG). The WPRA
as the backbone of Papuan struggle for survival and the frontline
strength for Melanesian existence in South Pacific hereby calls upon all
Papuans and Melanesians:
-
To BOYCOTT Indonesian General Elections 2009, because the right not to get involved in general elections is the only and the last right that we Papuans have after all other rights have been violated and taken away from us by the Indonesian authorities since they occupied West Papua territory;
-
Not to get involved in any physical conflicts or brutalities as normally and repeatedly provoked and orchestrated by the Indonesian police and armed forces,
-
because the right not to get involved in any general elections in the world is democratically guaranteed for any nations in any nation-states who were either forcibly or willingly incorporated into any nation-states in the world. This is the last and the only right we have, therefore, this is the only right that we must utilize in every five years, to show our refusal to Indonesian occupation over our country;
-
because the physical contacts and struggles with the Indonesian forces is under the responsibility of the Revolutionary Army, not to all Papuans, and
-
because any physical conflicts will definitely bring about fatal and brutal retaliation by the Indonesian forces that we already know well as the most brutal and uncivilized authorities in this civilisation in the Pacific Region.
-
-
Boycotting this General Elections is the proof to the whole humanity and nations in the world that the presence of NKRI in West Papua is unwelcome and by force;
-
Papuan peoples have been involved in General Elections since 1972 (30 years after Indonesian independence) while at the same time we have been refusing their presence in our homeland. As a result we have lost all of our hopes to live peacefully, and even our hopes to live as human beings in our own land. Many Papuans have joined the Indonesian policies by accepting Special Autonomy, others have been bought off to become militias, and rests are in confusion of what to do.
-
There many Papuans and Melanesians getting confused on what to do: to surrender and nothing against the brutalities of Indonesia, or to stand up for our dignity and integrity at any price as peoples in this world, in this territory, in order to live as our ancestors used to live: in peace and harmony with all communities of beings. To this situation, we hereby assure you based on what we know from our ancestors that
“Our struggle to Free
West Papua and Melanesia is not late, it is not something beyond
possibilities, but it is a must, a truth and certainty. Our custom and
our nature have spoken to the Mother of Indonesia, Pertiwi and she does
support this movement now. She is crying repeatedly together with us,
particularly in Java, Sumatera and South Sulawesi. Other islands will
cry together soon.”
The Revolutionary Army of West Papua (WPRA)
as the last defense of all Papuans and the frontline defender of
Melanesians’ rights, identity and dignity will never step back with any
reason, any time whatsoever.
In the names of our ancestors, all plants
and animals, material and spiritual beings as well as the Earth
inhabitants in the jungles, bushes, waters, in the lands and on the
skies and air, on behalf of our future generations hereby declares,
WEST PAPUA NOW IN HIGH SECURITY ALERT FROM 04 APRIL 2009
This release is presented in recognition to
the voices of the Papuans and Melanesians and all communities of beings
in our land, waters and skies, on behalf of Papuans in West Papua, and
Melanesians in the South Pacific.
Issues in: WPRA Headquarters
On Date: 03 April 2009
Leut Gen. Amunggut Tabi
Secretary-General