Tentara Revolusi West Papua (TRWP)
West Papua Revolutionary Army (WPRA)
West Papua Revolutionary Army (WPRA)
West Papua Revolutionary Army |
Tentara Revolusi West Papua (TRWP) atau West Papua Revolutionary Army (WPRA) dengan kampanye-kampanyenya untuk Papua Merdeka sejak tahun 2000 yang dicap sebagai sebuah “Koteka Revolution” ialah saudara kembar dari Bougainville Revolutionary Army
(BRA) dengan julukannya “Coconut Revolution”. Julukan “koteka
revolution” diberikan oleh seorang aktivis sekaligus penulis bernama Paul Kingsnorth dalam bukunya “One No, Many Yeses: An investigative journey though the anti-globalisation movement“.
Buku ini menarik karena merangkai dan meringkas berbagai gerakan
kemerdekaan dan gerakan menentang imperlialisme dan neo-kolonialisme di
seluruh muka Bumi. Saat datang ke West Papua waktu itu, Paul Kingsnorth ditemani oleh Benny Wenda dan kawan-kawannya di Tanah Papua dan melihat warna perjuangan Papua Merdeka setelah tahun 2000 diwarnai oleh gerakan-gerakan seperti pendirian dan perjuangan oleh Koteka Tribal Assembly atau Dewan Musyawarah Masyarakat Adat Koteka (DeMMAK) di mana Benny Wenda
ialah Sekretaris-Jenderal-nya. Warna perjuangan ini menarik, karena
warna revolusi koteka sangat kental sejak pembentukan DeMMAK dan gerakan
yang dipimpin oleh Benny Wenda dan koleganya.
Semenjak Gen. TRWP Mathias Wenda
sebagai seorang Kepala Suku Wenda-Tabuni dan Wenda-Kilungga merasa bertanggungjawab atas
hargadiri dan martabat bangsanya dan mulai memperjuangkan kemerdekaan West Papua, dan perjuangannya dilalui dengan berjalan kaki dari Lembah Baliem sampai ke Bewani, Vanimo, Papua
New Guinea dengan cara bergerilya sepanjang Rimba Raya New Guinea,
sepanjang itu ia telah berdoa agar suatu waktu kelak, anak dan cucunya
akan berjuang melanjutkan posisi dan perjuangannya dengan
gerakan-gerakan politik di pentas politik dan diplomasi global.
Cita-cita itu tercapai sudah dengan pengutusan Benny Wenda ke Eropa untuk menggalakkan kegiatan-kegiatan diplomasi dan politik Papua Merdeka.
Sampai dengan hari ini General TRWP Mathias Wenda memiliki tiga buah “noken” yang penuh dengan Surat-Surat dari para diplomat Papua Merdeka di luar negeri, antara lain dari Nicolaas Jouwe, Hendrick Jacob Prai dan Seth Jafeth Roemkorem (alm.). Menurutnya,
“Surat-Surat ini mereka kirim, isinya penuh dengan janji-janji Papua Merdeka, lengkap dengan tanggal dan bulan, lengkap dengan perintah apa yang harus dilakukan gerilyawan di Rimbaraya New Guinea. Akan tetapi semua ini merupakan tipu-daya. Saya ditipu oleh sesama pejuang sendiri. Sekarang, saya angkat dan mengambil sumpah kalian, anak-anak yang saya lahirkan dengan Koteka saya sendiri, untuk membenahi semua penipuan ini, supaya bangsa ini mengakhiri saling menipu.”