Spanduk Dukungan Pilpres Di Jakarta, Adalah Upaya Kaki-Tangan Kolonial Untuk Benturkan Isu AMP
Spanduk Yang Dibuat Oleh AMP Buatan Kolonial (fb) |
Melihat eksistensi yang terus ditunjukan AMP dalam memperjuangkan
Hak-Hak Rakyat West Papua di tanah Jawa dan Bali, nampaknya Indonesia
kebaaran jenggot, dan untuk menanggapi aksi-aksi yang dilakukan AMP,
maka Indonesi melancarkan berbagai macam serangan kepada AMP, guna
mematikan pergerakan AMP di Jawa dan Bali. Upaya yang dilakukan oleh
Indonesia untuk mematikan pergerakan Mahasiswa Papua di Jawa dan Bali
belakangan ini semakin marak terjadi, dimana setelah sebelumnya pada
tanggal 15 Agustus 2013, sejumlah aparat Kepolisian Indonesia Kota
Surakarta mendatangi sekretarian AMP Kota Solo, guna membubarkan massa
aksi AMP yang sedang bersiap-siap untuk menggelar aksi mengutuk New York
Agreement, tidak berhasil membubarkan massa yang ada, akhirnya Polisi
yang datang menyita atribut aksi yang sudah disiapkan oleh AMP Solo,
untuk dipergunakan dalam aksi.
Upaya Kepolisian Indonesia yang ingin mematikan gerakan AMP kembali
terjadi pada pertengahan bulan November 2013 di kota Surakarta,
Kepolisian Indonesia berupaya membubarkan secara paksa aksi yang
dilakukan oleh AMP dan berupaya merebut atibut yang digunakan oleh AMP
saat menggelar aksi. Namun upaya kepolisian Indonesia merebut atribut AMP tidak berhasil, karena massa AMP terlebih dahulu mengamankan atribut
yang hendak direbut oleh Polisi. Merasa tidak berhasil dengan upaya
yang mereka lakukan, pada tanggal 1 Desember 2013, ketika AMP menggelar
aksi se Jawa dan Bali, untuk memperingati HUT West Papua yang ke-52 di
Kota Surabaya, Kepolisian dan TNI kembali memberikan tekanan kepada AMP
dengan menurunkan ribuat aparat bersenjata lengkap, guna menghentikan
jalannya aksi yang digelar AMP, namun upaya provokasi yang dilakukan
oleh TNI dan Polisi saat itu tidak berhasil, karena massa AMP tetap
fokus dan berpatokan pada komando yang ada pada korlap dan kordum aksi.
Tidak berhasil dengan beberapa upaya yang sudah mereka lakukan,
Indonesia kembali berupaya menggunakan cara lain, kali ini Indonesia
menggunkan massa bayaran yang jumlahnya tidak lebih dari 15 orang, untuk
memalang dan membubarkan aksi yang digelar oleh AMP pada tanggal 19
Desember 2013 di Surakarta (Solo), pada tanggal 19 Desember, AMP
menggelar aksi mengutuk TRIKORA yang dikumandangkan oleh Ir.Soekarno,
pada tanggal 19 Desember 1961, namun ketika dalam perjalanan menuju
titik akhir aksi, massa AMP dikejutkan oleh sejumlah massa bayaran yang
menamakan diri mereka "Gerakan Rakyat Peduli Masyarakat" (GEMPAR). Massa
Gempar yang jumlahnya tidak lebih dari 15 orang dan terlihat diboncengi
oleh aparat TNI dan Polisi, berupaya memanas-manaskan keadaan dengan
berlari kearah massa AMP, sambil menyeriakan yel-yel NKRI Harga Mati,
namun upaya provokasi yang dilakukan oleh sejumlah massa bayaran
tersebut tidak berhasil memicu amarah massa AMP, massa AMP terlihat
tenang saja, sambil meneriakan yel-yel
PAPUA....MERDEKA....PAPUA....MERDEKA...., sambil menunggu koordinator
aksi dan negosiator bernegoisasi dengan massa bayaran tersebut. Namun
karena tidak ada titik temu, akhirnya AMP memutuskan untuk membacakan
Pernyataan Sikap ditempat massa berhenti dan membubarkan diri lebih awal
guna menghindari upaya mengkriminalisasi AMP yang dilakukan oleh
Indonesia.
Tidak puas dengan sikap AMP yang tidak merespon provokasi yang mereka
lakukan, oknum-oknum yang mengatas namakan Gempar ini menyebarkan
berbagai macam poster, selebaran, dan Pamflet bernada ancaman terhadap
aktivitas AMP di tempat-tempat umum di kota Solo dan Yogyakarta, dengan
tujuan untuk menakut-nakuti massa AMP. Menanggapi selebaran,poster, dan
Pamflet yang disebar oleh Gempar, AMP melayangkan surat untuk menggelar
audensi antara Kepolisian Surakarta, AMP dan Gempar. Namun pada waktu
yang telah ditentukan, ketika AMP mendatangi kantor Kepolisian
Surakarta, ternyata Pimpinan Kepolisian setempat tidak ada di tempat,
dan utusan dari Gempar sendiri tidak hadir, akhirnya AMP melukan audensi
bersama Wakasad Intel di Kepolisian Surakarta, dan audensi tersebut,
Wakasad Intel menyampaikan permohonan maafnya dan menjamin akan
memberikan kebebasan berekspresi dan demokrasi kepada AMP yang
seluas-luasnya, dan juga menyatakan akan menindak lanjuti laporan AMP
terkait Gempar.
Namun nyatanya, janji yang disampaikan oleh Wakasad Intel Surakarta itu
hanyalah omong kosong, sebab dua hari setelah audensi, Gempar kembali
menyebarkan selebaran, poster dan pamflet bernada ancaman yang lebih
keras lagi, dan yang sangat lucu adalah dalam selebaran yang mereka
keluarkan, mereka tuliskan nama kuasa Hukum AMP yang ikut mendampingi
AMP saat audensi dengan Wakasad Intel, hal ini memicu kecurigaan bahwa
sebenarnya orang-orang yang mengatas namakan Gempar itu adalah
orang-orang dari Kepolisian sendiri. Tidak hanya sampai di situ,
upaya-upaya untuk mematikan gerakan AMP terus dilakukan, dengan berbagai
macam cara, mereka menyebarkan SMS-SMS teror kepada massa AMP guna
mankut-nakuti massa AMP, selain itu, mereka juga menggunakan massa
organisasi-organisasi massa (Ormas) yang ada di daerah Jawa, guna
memberikan teror dan ancaman-ancaman kepada pengurus dan anggota AMP,
lewas SMS, Selebaran dan Pernyataan-Pernyataan di media.
Spanduk Yang Dibuat Oleh AMP Buatan Kolonial (fb) |
Cara terbaru yang mereka gunakan saat ini adalah mereka merekrut
beberapa oknum Mahasiswa Papua yang kelaparan di Jakarta dan membentuk
organisasi baru dengan nama yang sama "Aliansi Mahasiswa Papua", dengan
tujuan untuk membenturkan Isu yang dikeluarkan oleh ALIANSI MAHASISWA PAPUA [AMP] pro Kemerdekaan WEST PAPUA dengan Aliansi Mahasiswa Papua bentukan mereka. Hal ini seperti yang terlihat pada sebuah foto yang sedang di sebarluaskan di Facebook,
dimana dalam foto tersebut terbentang sebuah spanduk dengan logo KPU
dan bertuliskan Aliansi Mahasiswa Papua Jakarta siap sukseskan Pilpres
2014. Tulisan di spanduk ini sangat jelas dibuat oleh orang-orang
/oknum-oknum yang sengaja ingin membenturkan isu yang dikeluarkan oleh ALIANSI MAHASISWA PAPUA [AMP] pro
Kemerdekaan WEST PAPUA, yang sejak awal telah menyeruhkan kepada
seluruh elemen Bangsa PAPUA untuk melakukan BOIKOT PILPRES KOLONIAL
Indonesia di Seluruh Wilayah PAPUA.
Selain itu, yang harus diketahui adalah oleh kita bersama-sama adalah,
hingga saat ini, belum ada pembentukan struktur ALIANSI MAHASISWA PAPUA [AMP] yang aktif untuk Komite Kota Jakarta ! dengan demikian, maka kami
tegaskan bahwa yang menempelkan Spanduk dukungan Pilpres Indonesia di
Jakarta adalah Perbuatan Oknum-Oknum yang sengaja ingin mencemarkan nama
baik AMP dengan berupaya membenturkan isu yang di usung oleh ALIANSI
MAHASISWA PAPUA, dan untuk itu, Kami dengan tegas MENGUTUK upaya
Pencemaran yang dilakukan oleh Oknum-oknum yang sedang mencari makan di
Jakarta, dan Menyeruhkan Kepada Seluruh Rakyat WEST PAPUA Untuk
Melakukan BOIKOT Pemilihan PRESIDEN Republik Indonesia di Seluruh Tanah
PAPUA.
Malang, 30 Juni 2014
Biro Organisasi
ALIANSI MAHASISWA PAPUA [AMP]
Komite Kota Malang
S.Kilungga Tabuni