Tolak Aksi Makar, Warga Solo Hadang Demo Mahasiswa Papua
Warga Solo, Jawa Tengah, mulai resah menyaksikan aksi mahasiswa asal
Papua yang kerap berdemo dengan membawa simbol-simbol
seperti Bintang Kejora dan menuntut Papua merdeka. Tidak hanya resah
tetapi juga kesal. Perasaan itu ditunjukan warga pada aksi mahasiswa
Papua tanggal 19 Desember 2013 di Bundaran Gladag Solo, bertepatan
dengan peristiwa 52 tahun Trikora.
Dalam aksi itu, ratusan warga Solo melakukan demo tandingan dengan
membawa bendera Merah Putih dan berbagai spanduk dan poster berisikan
tuntutan NKRI serta pengukuhan tanah Papua sebagai bagian dari NKRI.
Sindonews memberitakan, iring-iringan warga itu menghadang demo puluhan
mahasiswa Papua yang membawa bendera Bintang Kejora dan spanduk serta
poster yang menuntut pemisahan Papua dari NKRI. Massa warga Solo pun
memaksa para mahasiswa bubar. Nyaris terjadi kericuhan. Beruntung,
puluhan personel polisi langsung bertindak cepat mengamankan kedua
kelompok yang tengah bertikai.
Dalam press release, mahasiswa Papua menuntut kepada Presiden dan Wakil
Presiden segera memberikan kebebasan kepada Rakyat Papua untuk
menentukan nasib sendiri. Sebab segala macam produk politik yang
dirancang oleh Indonesia seperti Otonomi Khusus, UP4B, Otsus Plus yang
diberlakukan di Papua itu sangatlah tidak bermanfaat dan tidak berguna
bagi Rakyat Papua. Sekarang yang sedang dituntut oleh Rakyat Papua
adalah kemerdekaan, bukanlah masalah makan dan minum.
Polisi pun akhirnya menyediakan sebuah bus untuk mengevakuasi mahasiswa
Papua. Dengan pengawalan ketat polisi, akhirnya mahasiswa Papua
dievakuasi meninggalkan Bundaran Gladag.
Namun atas aksi itu, situs tabolidjubi di Papua menulis judul berita “Aksi Trikora di Solo Dihadang Massa Bayaran“. Mengutip
pernyataan pentolan mahasiswa Papua di Yogayakarta Jefry Wenda yang
ikut memimpin aksi demo itu, Jubi menulis, massa bayaran yang menamakan
dirinya Gerakan Masyarakat Peduli Rakyat Indonesia (Gempar) itu tak akan
mampu meruntuhkan semangat juang para mahasiswa papua.
Kekesalan warga Solo tampaknya cukup beralasan, karena dalam dua bulan
terakhir, puluhan warga Papua ini terus menggelar aksi demo menuntut
Papua merdeka. Dalam setiap aksinya, mereka sering mengibarkan dan
membentangkan atribut Bintang Kejora. Warga Solo tidak ingin daerahnya
‘dikotori’ aksi-aksi makar, kendati aksi itu bertamengkan hak demokrasi,
HAM atau apapun. [***]