Mahasiswa Papua Tuntut Aksi Biadap TNI/Polisi Diusut Tuntas
Ratusan Mahasiwa Solidaritas Peduli Pembunuhan dan Kekerasan di Tanah Papua berunjuk rasa di Gedung Negera Grahadi, Surabaya
A'aLAPAME News :
Ratusan mahasiswa asal Papua yang tergabung dalam Solidaritas Peduli
Pembunuhan dan Kekerasan di Tanah Papua menggelar aksi unjuk rasa di
Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Kamis (21/6/2012).
Mereka menuntut agar konflik yang menimbulkan banyak korban kekerasan diusut tuntas oleh aparat penegak hukum. Dalam
aksinya, mereka melakukan orasi yang membawa poster diantaranya
bertuliskan ‘hentikan semua bentuk stigmatisasi dan pengkambinghitaman
orang Papua’ serta berbagai tulisan bernada protes lainya.
“Ini
adalah cerminan kekerasan yang selalu terjadi di tanah Papua semenjak
integrasi hingga sekarang. Tentunya ini selalu menewaskan rakyat sipil
tak berdosa,” katanya Juru Bicara Aksi Ones Madai kepada wartawan.
Beberapa
peristiwa yang sampai sekarang masih tanda tanya dan belum ada
kepastian hukum adalah kasus penembakan terhadap mahasiswa Papua Trojoli
Weya, 1 Mei 2012 oleh orang tak dikenal, penempakan terhadap 5 warga
sipil di Degeuwo oleh Brimob dan penemnakan terhadap 3 warga sipil di
Jayapura oleh polisi pada 4 Juni 2012.
Kasus lain yang dijadikan
sorotan oleh mereka adalah aksi bakar rumah rakyat sipil di Wamena oleh
TNI serta penikaman 13 warga dengan sangkur TNI yang mengakibatkan 1
meninggal di tempat atas nama Elinus Yoman pada 6 Juni 2012.
“Lebih
buruk lagi, ketika tokoh muda rakyat Papua Barat, Mako Musa Tabuni
dibunuh oleh polisi sebagai upaya mematikan suara rakyat untuk
menyuarakan hak hidup mereka dan untuk menyuarakan kebenaran.
Untuk
itu, kata dia, aksi kali ini menyatakan sikap mengutuk dengan tegas
pernyataan Presiden RI, Kapolri, Komisi I DPR RI dan semua instansi yang
justru membuka ruang dalam pemeliharaan konflik di Papua berupa
mempercepat proses penahanan orang papua berdasarkan pernyataan yang
tidak berdasarkan kemanusiaan.
“Negara harus bertanggung jawab atas semua bentuk kekerasan yang terjadi di tanah Papua,” ujarnya.*(*Kilungga*)