photo fgr_zpsa263fa65.gif

Headlines News :
Home » , » Aksi massa Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) yang kembali menuntut Papua merdeka, membuat masyarakat Solo Jawa Tengah mulai gerah

Aksi massa Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) yang kembali menuntut Papua merdeka, membuat masyarakat Solo Jawa Tengah mulai gerah

Aksi Mahasiswa Papua Singgung Warga Solo, Dua Kelompok Nyaris Bentrok

Kita semua saudara termasuk warga Papua juga menjadi wilayah NKRI.” Nusa AD | Korlap Gempar, tapi mahasiswa papua tak ada satupun respon, mereka terus bersorak dan mengibarkan atribut bintang kejora dan menuntut papua merdeka sepanjang kota solo jawa tengah. Mahasiswa Papua tidak peduli dengan Hari besar Trikora ataupun hari besar apapun NKRI melainkan mereka tetap konsisten melakukan aksi demo dengan Satu Hati, Satu, Komando Dan Satu Tujuan Untuk Papua Merdeka. FREEDOM FOR WEST PAPUA. (Korlap)
NYARIS RICUH--Sejumlah massa dari Gerakan Masyarakat Peduli Rakyat Indonesia (Gempar) berada di depan bus yang mengangkut mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) seusai melakukan aksi di sekitar Bundaran Gladag, Solo, Kamis (19/12). Demonstran dari Aliansi Mahasiswa Papua yang menuntut kemerdekaan untuk Papua mendapat aksi tandingan dari massa Gerakan Masyarakat Peduli Rakyat Indonesia (Gempar) dan sempat akan terjadi kericuhan. Joglosemar/ Kurniawan Arie Wibowo
NYARIS RICUH – Sejumlah massa dari Gerakan Masyarakat Peduli Rakyat Indonesia (Gempar) berada di depan bus yang mengangkut mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) seusai melakukan aksi di sekitar Bundaran Gladag, Solo, Kamis (19/12). Demonstran dari Aliansi Mahasiswa Papua yang menuntut kemerdekaan untuk Papua mendapat aksi tandingan dari massa Gerakan Masyarakat Peduli Rakyat Indonesia (Gempar) dan sempat akan terjadi kericuhan. Joglosemar/ Kurniawan Arie Wibowo

PASAR KLIWON- Aksi massa Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) yang kembali menuntut Papua merdeka, rupanya membuat masyarakat Solo mulai gerah. Akibatnya, massa yang tergabung dalam Gerakan Masyarakat Peduli Rakyat (Gempar) mengadang aksi AMP di depan patung Slamet Riyadi, Gladag, Kamis (19/12).

Pantauan Joglosemar, massa AMP yang melakukan longmarch dari kawasan Gendengan, harus tertahan di depan Kantor BCA lantaran di kawasan Gladag sudah diduduki massa Gempar. Dialog sempat terjadi beberapa kali antarperwakilan massa, didampingi aparat keamanan. Massa AMP minta agar bisa menggunakan Bundaran Gladag untuk menyampaikan aspirasinya. Sementara perwakilan Gempar mempersilakan mereka berorasi, asalkan atribut Bintang Kejora diganti dengan bendera merah putih.

Pihak AMP pun menjamin tidak ada atribut dan hanya berorasi saja. Namun saat massa AMP hendak berjalan menuju Bundaran Gladag, massa Gempar melihat masih ada anggota AMP yang memakai pakaian beratribut Bintang Kejora, sebagai simbol Papua merdeka.

Suasana sempat panas lantaran timbul emosi dari massa Gempar. Kedua perwakilan massa kembali bertemu. Tapi pertemuan tersebut tidak ada kesepakatan dan AMP tetap menggelar aksi dan orasi di depan Gedung BCA sedang Gempar ikut berorasi dan menyanyikan lagu-lagu kebangsaan, seperti Indonesia Raya maupun Padamu Negeri.

“Kita semua saudara termasuk warga Papua juga menjadi wilayah NKRI. Kami ingin menjaga suasana Indonesia termasuk Kota Solo agar tetap kondusif dan bersatu untuk membangun Bangsa Indonesia,” terang Koordinator Lapangan (Korlap) Gempar, Nusa AD.

Ia berujar, masyarakat Solo merasa terhina, tersinggung dan dilecehkan oleh aksi-aksi AMP yang meminta Papua merdeka dan tidak mengakui NKRI. Pasalnya, hal itu bisa memecah belah persatuan dan kesatuan masyarakat, khususnya di Kota Solo.

Massa Gempar minta agar AMP yang menggelar aksi segera membubarkan diri. Bahkan ada salah satu peserta yang meringsek menerobos kawalan aparat dan berniat menuju ke massa AMP. Beruntung, hal itu segera dicegah. Setelah menggelar aksi, massa AMP dievakuasi menggunakan bus dengan kawalan petugas Polisi.

Korlap AMP, Jefrin Wenda menyatakan mereka hanya ingin menyampaikan aspirasi. “Tidak masalah jika ada aksi lain, ini kan negara demokrasi,” ungkap dia. Ditemui di kawasan Gladag, Kapolres Surakarta AKBP Iriansyah ada sekitar 160 personel yang mengamankan aksi. “Ini untuk mengamankan siapa saja yang ingin menyampaikan aspirasinya selama tidak melanggar aturan yang ada. Kami juga sudah mengantisipasi sebelumnya dengan melarang atribut Bintang Kejora,” pungkasnya. Ari Welianto
Share this post :