Aksi Mahasiswa Papua Singgung Warga Solo, Dua Kelompok Nyaris Bentrok
Kita semua saudara termasuk warga Papua juga menjadi wilayah NKRI.” Nusa AD | Korlap Gempar, tapi mahasiswa papua tak ada satupun respon, mereka terus bersorak dan mengibarkan atribut bintang kejora dan menuntut papua merdeka sepanjang kota solo jawa tengah. Mahasiswa Papua tidak peduli dengan Hari besar Trikora ataupun hari besar apapun NKRI melainkan mereka tetap konsisten melakukan aksi demo dengan Satu Hati, Satu, Komando Dan Satu Tujuan Untuk Papua Merdeka. FREEDOM FOR WEST PAPUA. (Korlap)
PASAR KLIWON- Aksi massa Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) yang
kembali menuntut Papua merdeka, rupanya membuat masyarakat Solo mulai
gerah. Akibatnya, massa yang tergabung dalam Gerakan Masyarakat Peduli
Rakyat (Gempar) mengadang aksi AMP di depan patung Slamet Riyadi,
Gladag, Kamis (19/12).
Pantauan Joglosemar, massa AMP yang melakukan longmarch
dari kawasan Gendengan, harus tertahan di depan Kantor BCA lantaran di
kawasan Gladag sudah diduduki massa Gempar. Dialog sempat terjadi
beberapa kali antarperwakilan massa, didampingi aparat keamanan. Massa AMP minta agar bisa menggunakan Bundaran Gladag untuk
menyampaikan aspirasinya. Sementara perwakilan Gempar mempersilakan
mereka berorasi, asalkan atribut Bintang Kejora diganti dengan bendera
merah putih.
Pihak AMP pun menjamin tidak ada atribut dan hanya berorasi saja.
Namun saat massa AMP hendak berjalan menuju Bundaran Gladag, massa
Gempar melihat masih ada anggota AMP yang memakai pakaian beratribut
Bintang Kejora, sebagai simbol Papua merdeka.
Suasana sempat panas lantaran timbul emosi dari massa Gempar. Kedua
perwakilan massa kembali bertemu. Tapi pertemuan tersebut tidak ada
kesepakatan dan AMP tetap menggelar aksi dan orasi di depan Gedung BCA
sedang Gempar ikut berorasi dan menyanyikan lagu-lagu kebangsaan,
seperti Indonesia Raya maupun Padamu Negeri.
“Kita semua saudara termasuk warga Papua juga menjadi wilayah NKRI.
Kami ingin menjaga suasana Indonesia termasuk Kota Solo agar tetap
kondusif dan bersatu untuk membangun Bangsa Indonesia,” terang
Koordinator Lapangan (Korlap) Gempar, Nusa AD.
Ia berujar, masyarakat Solo merasa terhina, tersinggung dan
dilecehkan oleh aksi-aksi AMP yang meminta Papua merdeka dan tidak
mengakui NKRI. Pasalnya, hal itu bisa memecah belah persatuan dan
kesatuan masyarakat, khususnya di Kota Solo.
Massa Gempar minta agar AMP yang menggelar aksi segera membubarkan
diri. Bahkan ada salah satu peserta yang meringsek menerobos kawalan
aparat dan berniat menuju ke massa AMP. Beruntung, hal itu segera
dicegah. Setelah menggelar aksi, massa AMP dievakuasi menggunakan bus
dengan kawalan petugas Polisi.
Korlap AMP, Jefrin Wenda menyatakan mereka hanya ingin menyampaikan aspirasi. “Tidak masalah jika ada aksi lain, ini kan negara demokrasi,” ungkap dia. Ditemui di kawasan Gladag, Kapolres Surakarta AKBP Iriansyah ada
sekitar 160 personel yang mengamankan aksi. “Ini untuk mengamankan siapa
saja yang ingin menyampaikan aspirasinya selama tidak melanggar aturan
yang ada. Kami juga sudah mengantisipasi sebelumnya dengan melarang
atribut Bintang Kejora,” pungkasnya. Ari Welianto